Jumat, 02 Oktober 2015

Sahabat Jadi Cinta

"Osiiiiiiii bangun !!!!!!! Udah jam berapa ini? Nanti kamu terlambat ke sekolah"
"Iya bunda" sambil membuka selimut yang sejak tadi menutupi tubuhku Selesai mandi dan siap-siap gw bergegas untuk pergi ke meja makan.

"Pagi jelek" sapa riki
"Heh.. enak bener lo sarapan duluan" sambil mencubit pipi seorang cowok yang sejak tadi pagi sudah duduk di meja makan.

Gw consita Larasati anak kedua dari bersaudara, Dia Sahabat gw, Riki. ya gw sahabatan sama dia sejak gw masuk SMA dan sekarang gw udah kelas 3. Jadi bisa dibilang gw sahabatan sama dia hampir 3 tahun.

Beginilah sikap dia kalo pagi-pagi ikut habisin sarapan dirumah gw. Riki anak bungsu dari 3 bersaudara, semuanya tinggal di jakarta cuma dia aja yg merantau untuk sekolah di bandung. Yaaa nasib anak kosan perbaikan gizinya dirumah gw. Hahaha

 Hampir setiap hari pulang dan pergi sekolah gw di anter sama riki, seperti pagi ini dia sudah siap dengan motor ninja kesayangannya untuk mengantarkan kita berangkat ke sekolah. Sampai di sekolah eka sudah menunggu kami di kantin..

ini sahabat gw selain riki. Dia adalah eka, cowok iseng, jahil yang slalu bikin anak-anak kesel sama sikapnya. Kita kemana-mana bertiga. Dikelas, dikantin sampai kabur sekolah kita bertiga. Sampai-sampai dipanggil ke ruang BP kita barengan. Itulah persahabatan kita yang kita jaga sampai hampir 3 tahun ini.

 "Hey ngelamun aja!" Tegur eka dan riki kepadaku yang sejak tadi melamun memikirkan cowok yang sedang aku suka
"Apaan sih kalian, ganggu gw aja" mengambil minuman dan tersenyum sendiri
"Lo kenapa? Ngelamun sambil senyum-senyum sendiri, kesambet lo" timbal riki
"Gimana kalo seandainya gw jadian sama dika" sambil terus senyum dan melihat ke arah lapangan
"DIKA?? Kelas IPS 2 yang anak Futsal itu?"
"Heemm" mengangguk
"ENGGAK!!!" serentak eka dan riki berteriak di depan muka gw.
"Apa-apaan sih kalian, biasa aja kali gak perlu teriak gitu"
 "Gw gak pernah setuju kalo lo sampe jadian sama itu cowok" ucap Riki
"Loh emang kenapa, dia ganteng, baik, jago futsal, apa lagi coba"
"Tapi dia playboy" sela Riki
"Ah itu gosip, buktinya dia sering telfnin gw, dia bilang itu cuma gosip.."
 "Telefon?" Tanya eka
"Iya, gw sama dika udh sering telfon-telfonan"
"Ko gw gak tau" timpal Riki

 Teng... teng.. teng.. teng..
"Masuk kelas yuk" ajakku

Sepulang sekolah yang biasanya aku diantar oleh riki hari ini aku meminta riki untuk pulang duluan karna dika ingin mengantarku pulang. Buatku dika orang yang baik, perhatian dan romantis. Sebelum pulang kami pergi ke lembang, lumayan cukup jauh sih tapi kalau sama orang yang kita suka jalan jauh sangat meyenangkan.

Sampai di lembang kami berhenti di saung pinggir jalan dengan pemandangan kebun teh. Dika memesankanku minuman bandrek, Bandrek itu salah satu minuman khas sini apalagi diminum ditempat dingin gini berasa hangat banget ke tubuh. Dika menceritakan tentang dia, hobby dia sampai teman-teman dia.

Aku sesekali memandangnya dan membayangkan dika yang aku lihat dihadapanku sepertinya tidak seperti yang dikatakan orang-orang kalau dia nakal, playboy dan lain-lain. Aku melihat sosok dika yg manis, lembut sopan dan gak playboy.

Hari semakin sore, aku mengajak dika untuk pulang. Dika menyuruhku naik dan melajukan kendaraanya. Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan sampai didepan rumah gw. Dika langsung berpamitan untuk pulang. Saat gw masuk ke halaman rumah, gw lihat riki sedang memainkan gitar di kursi taman.

"Ngapain lo disini, udh malem juga"
"Lo dari mana jam segini baru pulang?" Tanya riki dengan tampang sedikit marah
"Suka-suka gw" berjalan melewati riki yg sedang memandangku

Keesokan harinya aku bangun lebih siang karna hari ini adalah hari Minggu, saat aku membuka jendela aku melihat riki sedang merapihkan bunga-bunga di taman bersama bunda. Aku bergegas turun dan menghampiri dia. 

"Rajin banget lo pagi-pagi udh disini sambil siramin bunga"
"Emang elo jam segini cewek baru bangun"
"Semalem riki ketiduran di taman, bunda kira dia udah pulang. Eeeh pagi-pagi bunda keluar dia lagi tidur sambil meluk gitar di kursi taman, lihat tuh mukanya bentol-bentol semua digigit nyamuk" sambung bunda
"Hahahaahaha, tapi jadi ganteng bun, banyak bintik-bintik merah gini" candaku
"Puas ya kamu" jawab riki dengan muka kesalnya 

Aku dekati riki yang sedang merangkai bunga. Riki dengan telaten membuang bunga yang layu dan merapihkan daun-daun agar berbentuk indah. Riki emang senang membantu bunda dalam merawat bunga dan bikin taman bunga yang menurut gw indah sekali. Entah sejak kapan riki jadi suka bunga padahal yang gw tau, bunga mawar aja dia gak tau bentuknya seperti apa. Kudekati riki yang sedang serius meletakan bunga-bunga.

"Sejak kapan lo suka bunga? Tumben banget, padahal mawar aja lo gak tau bentuknya kayak gimana. Hahaha"ejek ku
"Sejak aku suka kamu" jawabnya
"Hahahaha, pinter gombal juga ya sekarang. Belajar dari siapa sih lu? Pake aku kamu lagi. Hahahaha" tertawa lebar sambil mencubit pipi riki dan mengalungkan tanganku di pundaknya
"Hahahaha. Udah ah gw mau mandi. Mandi juga sana hari ini kan kita mau nonton sama eka" 

Sesampainya di bioskop kulihat eka datang dengan seorang wanita, tinggi kurang lebih 155cm memakai kerudung dan terlihat sedang bergandengan tangan dengan eka.

 "Hai guys" sapa eka
"Pasti ini Nadia yaa?" Tanyaku
"Kenalin nih cewek baru gw"
"Eh kita jadi nonton yang kemarin kita bahas kan?"
"Jadi jadi" jawab kami bersamaan Sesaat tanganku ditarik oleh riki, hal yang buatku sudah biasa tetapi membuat aku harus menolak semua perasaan itu. Kami berjalan memasuki ruang theater.

Setelah selesai kami berencana makan di tempat favorit kami. Memesan makanan yang biasa kami pesan sampai-sampai pelayannya sudah hafal apa yang akan kami pesan. Seperti biasa riki sesekali menyuapi gw, hal biasa yang selalu riki lakukan kalo gw lagi males makan.

Buat gw riki adalah sosok sahabat yang sangat baik dan perhatian. Tapi entah kenapa sampai saat ini dia blm juga punya pacar. Pernah dia cerita kalau dia suka sama seseorang, tapi sampai saat ini belum pernah dikenalkan kepada gw ataupun eka.

Setiap hari gw lalui hari-hari bersama riki. Sampai suatu saat dika memberhentikan motor riki di tengah jalan lalu memintaku untuk turun dari motor itu dan ucapan dika sangat membuatku kaget karna dia marah kepada riki dan bilang kalau gw itu pacarnya dan sangat gak pantes cowok lain jalan sama pacar orang. Entah mengapa aku nurut dengan perkataan dika yang buat gw dia juga bukan siapa-siapa gw. Gw meminta riki untuk pulang sendirian.

"Lu duluan aja, gw balik sama dika" perasaan bersalah yang gw rasakan kepada riki

Riki melajukan motornya sangat kencang sampai beberapa saat motornyanya sudah tak terlihat. Dika tiba-tiba menarikku dan memintaku untuk masuk ke dalam mobilnya.

 "Ada hubungan apa sih kamu sama riki? Tiap hari apa harus jalan bareng sama dia?" Tanya dika
"Kan kamu tau aku sama riki cuma sahabatan"
"Sahabatan seperti itu? Gw gak suka lo terlalu deket sama riki"
"Ko gitu? Emang lo siapa gw?"
"Mulai detik ini lo pacar gw!" Gw cuma bisa diam selama perjalanan menuju rumah gw.

Sesampainya di depan rumah dika memegang tanganku dan meminta maaf atas kejadian di jalan tadi

 "Aku minta maaf ya, aku cuma cemburu liat kamu sama riki seperti itu"
"Its ok"
"Tapi kamu mau kan jadi pacar aku?"

Aku hanya tersenyum menjawab pertanyaan dari dika "Aku masuk ya, udah sore" keluar dari mobil dan masuk menuju rumah tanpa menoleh ke arah dika sedikitpun.

Kulihat tidak ada motor riki terparkir di garasi rumah, padahal biasanya jam segini dia sedang bermain dengan adik-adikku. Gw memasuki kamar dan memikirkan tentang riki.

"Apa gw terlalu jahat? Selalu menolak perasaan ini" 

Keesokan harinya dika selalu menjemputku, membawakanku bunga dan sesekali membawakanku hadiah-hadiah kecil. Tapi gw merasa ada yang mengganjal dihati. Riki yang biasa gw lihat saat pagi dan sore hari saat ini berubah menjadi dika, pacar yang entah kapan dia menjadi pacar gw. Saat disekolah yang biasanya kekantin bareng eka dan riki sekarang dika yang selalu menjemputku ke kelas untuk pergi ke kantin bersama.

Sekarang gw benar-benar merasa jauh dengan riki. Saat ini riki dimanapun gw gak tau. Perasaan gw semakin gak karuan. Eka yang sejak tadi sedang duduk di kantin terlihat sedang duduk sendirian. Aku dekati dia dan menyapanya.

 "Eka.."
"Yaa os, tumben gak sama dika"
"Gak sama nadia?" Selaku
"Enggak, tumben biasanya riki duluan yang lo cari"
"Riki marah sama gw yaa?"
"Enggak tuh biasa aja, dia malah nyariin lo terus, khawatir tuh sama lu"

 Dari arah belakang riki menghampiri gw dan eka yang sedang ngobrol. Saat riki mendekatiku, aku bergegas pergi meninggalkannya. Entah apa yang gw lakukan padahal saat itu gw kangen banget sama dia.

Sepulang sekolah gw menuju gerbang sekolah dan gw melihat dika sedang berduaan dengan seorang cewek diwarung sebrang sekolah yang tak lain tempat tongkrongan dika dan teman-teman futsalnya. Dika sadar dan mendekati gw.

"Gila lo ya, ngapain lo sama cewek itu? Lo selingkuh?Lepasin tangan gw" ucap gw sambil mencoba melepaskan tangan dika
"Selingkuh? Bukannya lo yg selingkuh sama riki sahabat lo itu? Lagian asal lo tau ya, sampai saat ini lo gak pernah jawab pertanyaan gw saat gw tanya lo soal hubungan kita. Jadi lo itu bukan pacar gw. Ngerti lo!" Bentak dika Untuk pertama kalinya gw dipermalukan dan dibentak sama seorang cowok,

cowok yang gw kira dia baik, sopan, lembut ternyata perlakuan dia seperti ini ke gw. Gw lari meninggalkan warung itu, gw lihat riki sedang ada diparkiran dan akan melajukan motornya. Gw lari dan memegang tangannya.

 "Lo kenapa?"
Gw cuma menangis dan semakin erat memegang tangan riki
"Ayo naik, gw anter pulang" ucap riki dengan wajah penuh khawatir

 Diperjalanan riki tidak langsung mengantarku pulang, dia mengajakku ke suatu tempat dimana tempat itu biasa kita datangin kalau sedang kesal dengan seseorang. Riki merangkulku dan menuntunku menuju kursi yang ada di bawah pohon. Riki memeluk gw, pelukan yang gw rindukan, pelukan yang gak pernah gw rasain lagi sejak dika hadir dikehidupan gw.

Sedikitpun Riki tidak menanyakan kenapa gw nangis. Dia hanya memandang dan mengusap air mata gw. Setelah gw sedikit tenang riki tetap tidak menanyakan kenapa gw sampai nangis seperti ini. Dia hanya berusaha membuat gw tersenyum dan melupakan kejadian yang sampai buat gw nangis. 

"Nah gitu dong senyum, kan cantik kalau senyum gini" goda riki Aku hanya melemparkan pukulan kecil ke dada riki yang sejak tadi rangkulannya tak lepas dari tubuhku.

Gw selalu menyesali kenapa riki ditakdirkan jadi sahabat gw. Bukan seseorang yang ditakdirkan untuk menjaga gw dan membuat gw tersenyum setiap hari.
 "Os, ko ngelamun sih? Ngelamunin gw ya, iya gw ganteng ko?" Ucapan riki membuyarkan lamunanku
"Eeh.. mm.. eennggak ih" jawabku sedikit gagap karena takut ketawan kalau memang aku sedang memikirkannya

 Kulepaskan badanku dari rangkulan riki dan berdiri memandang sekitar dan sesekali menghirup segarnya udara sore ditempat itu.

"Gw lebih suka alam daripada harus jalan-jalan ke mall sama dika" ucapku sambil memandang pemandangan sekitar
"Kalau gw lebih suka lo" ucap riki
*Memandang riki* "Maksudnya?"
"Eh dingin banget ya disini, udah mau gelap juga, pulang yuk"

Gw diam dan terus memutar-mutar kalimat yang di ucap oleh riki tadi.

Sesampainya dirumah riki tidak seperti biasanya menolak untuk mampir ke rumah, sekedar pamitan sama ayah dan bunda.

Keesokan paginya, gw lihat motor riki terparkir di halaman rumah. Entah senang dan pengen teriak bahagia liat riki yang menjemputku pagi ini. Gw segera turun dan menemui riki yang sedang sarapan di meja makan.

 "Pagi jelek" ucapan selamat pagi yang biasa riki ucapkan dan ingin gw denger terus setiap hari
"Pagi gantengkuu" sambil mengambil roti yang akan riki makan

Percakapan singkat tapi sangat indah buat gw, paginya gw dengan riki kembali lagi. Tapi sesekali gw ingat gw gak bisa terus-terusan bersikap seperti ini. Gw coba melawan untuk bersikap biasa aja 

"Kenapa? Ko diam?" Memasangkan helm dikepala gw
"Gak apa-apa" jawabku

 Di depan gerbang, gw lihat dika sudah berdiri bersama teman-temannya. Kami berdua serasa tawanan yang akan di habisi oleh musuh yang sangat brutal. Dika memintaku untuk turun dari motor. Awalnya aku menolak tetapi riki memintaku untuk mengikuti maunya dika

"Riki ini apa-apaan sih, bukannya lindungin gw" gumanku dalam hati sambil turun dari motor riki Sikap kasarnya dika tak terlihat pagi ini.

Pegangan lembut ditangan gw membuat gw semakin bingung dengan dika. Dika mengajaku ke warung sebrang sekolah, kulihat dika menyuruh teman-temannya untuk tidak ikut kedalam warung. Dika menundukan kepala dan tidak mengucapkan satu katapun.

 "Ada apa lo ajak gw ksni?" Tanyaku sambil kebingungan dengan sikap dika yang berbeda dari kemarin
"Os, gw minta maaf soal kejadian kemarin. Gw bener-bener minta maaf. Gw gak seharusnya bersikap seperti itu ke lo"

 Entah kenapa gw dengan mudah menerima permintaan maaf dika. Tanpa menanyakan siapa cewek yang kemarin bersamanya dan kenapa kemarin dia bilang kalau gw bukan pacarnya. Tatapan wajah dika yang tulus membuat gw lupa akan kejadian kemarin di warung ini. Saat gw pandang muka dika, ada luka lebam di pipinya

"Ini kenapa?" Tanyaku
"Oh enggak, semalem nabrak tembok"
"Ooh. Kita masuk kelas yuk" ajaku

Dijalan menuju kelas gw melihat riki dan eka yang sedang berdiri di depan kelas. Tanpa menyapanya gw tetap berada di samping dika dan melewati mereka berdua. Setelah gw dan dika baikan gw kembali ke kehidupan gw bersama dika yang kemana-mana selalu ada dika disamping gw. Gw pun gak ngerti kenapa gw segampang ini mengikuti semua kemauan dika.

Hari ini kelulusan diumumkan, gw coba hubungin eka dan bertemu dengan dia di belakang sekolah 

"Lo gak sama riki kan?"
 "Tumben lo gak mau ada riki?"
"Gak apa-apa"
"Kenapa?"
*diam*
"Lo suka sama riki?" Ucap eka sambil terus memainkan handphonenya
*diam beberapa saat* "Iya"
Eka memandangku dan memasang tampang kaget "Sejak kapan?"
"Huuuh.." *menarik nafas* "Sejak lama dan sampai saat ini. Cuma gw selalu menolak perasaan itu"
"Dika?" Tanya eka
"Dika sebenarnya hanya pelarian gw, supaya gw bisa menahan perasaan ke riki. Gw tau ini salah, gak seharusnya gw suka sama sahabat gw sendiri"
"Riki punya rasa yang sama" ucapnya singkat
"Rasa yang sama? Maksudnya?"
"Riki merasa kehilangan lo banget saat lo pacaran sama dika, gw coba tegur dia karna gw pernah beberapa kali mergokin riki lagi mandangin foto lo terus"
"Terus?"
"Dia sayang sama lo dari pertama kalian kenal. Tapi dia takut lo gak punya perasaan apa-apa, sampai akhirnya kita bertiga sahabatan dia coba menahan perasaan itu. Dia gak mau lo kenapa-kenapa makanya dia selalu anter dan jemput kemana lo mau. Sampai akhirnya lo jadian sama dika. Lo tau gak riki pernah berantem sama dika?"
"Berantem?" Dengan wajah penuh heran. "Kapan mereka berantem?"
"Lo inget lo pernah nangis karna dika? Lo dibentak dika ditempat umum? Sepulang nganterin lo, riki samperin dika dirumahnya dan memukul dika sampai berdarah. Riki gak mau sampe lo disakiti sama siapapun"
"Iya gw inget, gw pernah tanya kenapa ada luka lebam di pipinya dika, tapi dia bilang dia nabrak tembok"
"Dan lo percaya itu?"
"Iya" "bodoh yaa gw, ko percaya sih saat itu"
"Riki sayang banget sama lo, tapi..."
"Tapi kenapa?" Tanyaku penasaran
"Riki udah jadian sama cindi anak kelas IPA 1. Dan mereka berdua berencana pindah ke jakarta kembali ke kota mereka"
"Dia ninggalin gw"
"Lo yang ninggalin dia os, lo yang pergi dan memilih dika. Seorang sahabat jg wajar kalau punya rasa sayang yang lebih melebihi seorang sahabat. Kenapa lo harus takut?"
*gw cuma bisa tertunduk dan diam* "Gw terlalu munafik untuk mengakuin perasaan gw ke riki. Kenapa gw gak pernah berani buat bilang semuanya ke riki, sekarang semuanya udah percuma.
"Gw gak bela riki ataupun lo, kalian berdua sahabat gw. Jangan disesalin ya, sekarang biarin riki bahagia dengan pilihannya, seperti riki membiarkan lo bahagia dengan pilihan lo" 


End
------------
Jakarta, 02 Oct 2015
 By Syifa Fitriasari