"Osiiiiiiii bangun !!!!!!! Udah jam berapa ini? Nanti kamu terlambat ke sekolah"
"Iya bunda" sambil membuka selimut yang sejak tadi menutupi tubuhku
Selesai mandi dan siap-siap gw bergegas untuk pergi ke meja makan.
"Pagi jelek" sapa riki
"Heh.. enak bener lo sarapan duluan" sambil mencubit pipi seorang cowok yang sejak tadi pagi sudah duduk di meja makan.
Gw consita Larasati anak kedua dari bersaudara, Dia Sahabat gw, Riki. ya gw sahabatan sama dia sejak gw masuk SMA dan sekarang gw udah kelas 3. Jadi bisa dibilang gw sahabatan sama dia hampir 3 tahun.
Beginilah sikap dia kalo pagi-pagi ikut habisin sarapan dirumah gw. Riki anak bungsu dari 3 bersaudara, semuanya tinggal di jakarta cuma dia aja yg merantau untuk sekolah di bandung. Yaaa nasib anak kosan perbaikan gizinya dirumah gw. Hahaha
Hampir setiap hari pulang dan pergi sekolah gw di anter sama riki, seperti pagi ini dia sudah siap dengan motor ninja kesayangannya untuk mengantarkan kita berangkat ke sekolah.
Sampai di sekolah eka sudah menunggu kami di kantin..
ini sahabat gw selain riki. Dia adalah eka, cowok iseng, jahil yang slalu bikin anak-anak kesel sama sikapnya. Kita kemana-mana bertiga. Dikelas, dikantin sampai kabur sekolah kita bertiga. Sampai-sampai dipanggil ke ruang BP kita barengan. Itulah persahabatan kita yang kita jaga sampai hampir 3 tahun ini.
"Hey ngelamun aja!" Tegur eka dan riki kepadaku yang sejak tadi melamun memikirkan cowok yang sedang aku suka
"Apaan sih kalian, ganggu gw aja" mengambil minuman dan tersenyum sendiri
"Lo kenapa? Ngelamun sambil senyum-senyum sendiri, kesambet lo" timbal riki
"Gimana kalo seandainya gw jadian sama dika" sambil terus senyum dan melihat ke arah lapangan
"DIKA?? Kelas IPS 2 yang anak Futsal itu?"
"Heemm" mengangguk
"ENGGAK!!!" serentak eka dan riki berteriak di depan muka gw.
"Apa-apaan sih kalian, biasa aja kali gak perlu teriak gitu"
"Gw gak pernah setuju kalo lo sampe jadian sama itu cowok" ucap Riki
"Loh emang kenapa, dia ganteng, baik, jago futsal, apa lagi coba"
"Tapi dia playboy" sela Riki
"Ah itu gosip, buktinya dia sering telfnin gw, dia bilang itu cuma gosip.."
"Telefon?" Tanya eka
"Iya, gw sama dika udh sering telfon-telfonan"
"Ko gw gak tau" timpal Riki
Teng... teng.. teng.. teng..
"Masuk kelas yuk" ajakku
Sepulang sekolah yang biasanya aku diantar oleh riki hari ini aku meminta riki untuk pulang duluan karna dika ingin mengantarku pulang. Buatku dika orang yang baik, perhatian dan romantis. Sebelum pulang kami pergi ke lembang, lumayan cukup jauh sih tapi kalau sama orang yang kita suka jalan jauh sangat meyenangkan.
Sampai di lembang kami berhenti di saung pinggir jalan dengan pemandangan kebun teh. Dika memesankanku minuman bandrek, Bandrek itu salah satu minuman khas sini apalagi diminum ditempat dingin gini berasa hangat banget ke tubuh.
Dika menceritakan tentang dia, hobby dia sampai teman-teman dia.
Aku sesekali memandangnya dan membayangkan dika yang aku lihat dihadapanku sepertinya tidak seperti yang dikatakan orang-orang kalau dia nakal, playboy dan lain-lain. Aku melihat sosok dika yg manis, lembut sopan dan gak playboy.
Hari semakin sore, aku mengajak dika untuk pulang. Dika menyuruhku naik dan melajukan kendaraanya. Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan sampai didepan rumah gw. Dika langsung berpamitan untuk pulang. Saat gw masuk ke halaman rumah, gw lihat riki sedang memainkan gitar di kursi taman.
"Ngapain lo disini, udh malem juga"
"Lo dari mana jam segini baru pulang?" Tanya riki dengan tampang sedikit marah
"Suka-suka gw" berjalan melewati riki yg sedang memandangku
Keesokan harinya aku bangun lebih siang karna hari ini adalah hari Minggu, saat aku membuka jendela aku melihat riki sedang merapihkan bunga-bunga di taman bersama bunda. Aku bergegas turun dan menghampiri dia.
"Rajin banget lo pagi-pagi udh disini sambil siramin bunga"
"Emang elo jam segini cewek baru bangun"
"Semalem riki ketiduran di taman, bunda kira dia udah pulang. Eeeh pagi-pagi bunda keluar dia lagi tidur sambil meluk gitar di kursi taman, lihat tuh mukanya bentol-bentol semua digigit nyamuk" sambung bunda
"Hahahaahaha, tapi jadi ganteng bun, banyak bintik-bintik merah gini" candaku
"Puas ya kamu" jawab riki dengan muka kesalnya
Aku dekati riki yang sedang merangkai bunga. Riki dengan telaten membuang bunga yang layu dan merapihkan daun-daun agar berbentuk indah. Riki emang senang membantu bunda dalam merawat bunga dan bikin taman bunga yang menurut gw indah sekali. Entah sejak kapan riki jadi suka bunga padahal yang gw tau, bunga mawar aja dia gak tau bentuknya seperti apa. Kudekati riki yang sedang serius meletakan bunga-bunga.
"Sejak kapan lo suka bunga? Tumben banget, padahal mawar aja lo gak tau bentuknya kayak gimana. Hahaha"ejek ku
"Sejak aku suka kamu" jawabnya
"Hahahaha, pinter gombal juga ya sekarang. Belajar dari siapa sih lu? Pake aku kamu lagi. Hahahaha" tertawa lebar sambil mencubit pipi riki dan mengalungkan tanganku di pundaknya
"Hahahaha. Udah ah gw mau mandi. Mandi juga sana hari ini kan kita mau nonton sama eka"
Sesampainya di bioskop kulihat eka datang dengan seorang wanita, tinggi kurang lebih 155cm memakai kerudung dan terlihat sedang bergandengan tangan dengan eka.
"Hai guys" sapa eka
"Pasti ini Nadia yaa?" Tanyaku
"Kenalin nih cewek baru gw"
"Eh kita jadi nonton yang kemarin kita bahas kan?"
"Jadi jadi" jawab kami bersamaan
Sesaat tanganku ditarik oleh riki, hal yang buatku sudah biasa tetapi membuat aku harus menolak semua perasaan itu. Kami berjalan memasuki ruang theater.
Setelah selesai kami berencana makan di tempat favorit kami. Memesan makanan yang biasa kami pesan sampai-sampai pelayannya sudah hafal apa yang akan kami pesan. Seperti biasa riki sesekali menyuapi gw, hal biasa yang selalu riki lakukan kalo gw lagi males makan.
Buat gw riki adalah sosok sahabat yang sangat baik dan perhatian. Tapi entah kenapa sampai saat ini dia blm juga punya pacar. Pernah dia cerita kalau dia suka sama seseorang, tapi sampai saat ini belum pernah dikenalkan kepada gw ataupun eka.
Setiap hari gw lalui hari-hari bersama riki.
Sampai suatu saat dika memberhentikan motor riki di tengah jalan lalu memintaku untuk turun dari motor itu dan ucapan dika sangat membuatku kaget karna dia marah kepada riki dan bilang kalau gw itu pacarnya dan sangat gak pantes cowok lain jalan sama pacar orang. Entah mengapa aku nurut dengan perkataan dika yang buat gw dia juga bukan siapa-siapa gw. Gw meminta riki untuk pulang sendirian.
"Lu duluan aja, gw balik sama dika" perasaan bersalah yang gw rasakan kepada riki
Riki melajukan motornya sangat kencang sampai beberapa saat motornyanya sudah tak terlihat. Dika tiba-tiba menarikku dan memintaku untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Ada hubungan apa sih kamu sama riki? Tiap hari apa harus jalan bareng sama dia?" Tanya dika
"Kan kamu tau aku sama riki cuma sahabatan"
"Sahabatan seperti itu? Gw gak suka lo terlalu deket sama riki"
"Ko gitu? Emang lo siapa gw?"
"Mulai detik ini lo pacar gw!"
Gw cuma bisa diam selama perjalanan menuju rumah gw.
Sesampainya di depan rumah dika memegang tanganku dan meminta maaf atas kejadian di jalan tadi
"Aku minta maaf ya, aku cuma cemburu liat kamu sama riki seperti itu"
"Its ok"
"Tapi kamu mau kan jadi pacar aku?"
Aku hanya tersenyum menjawab pertanyaan dari dika
"Aku masuk ya, udah sore" keluar dari mobil dan masuk menuju rumah tanpa menoleh ke arah dika sedikitpun.
Kulihat tidak ada motor riki terparkir di garasi rumah, padahal biasanya jam segini dia sedang bermain dengan adik-adikku. Gw memasuki kamar dan memikirkan tentang riki.
"Apa gw terlalu jahat? Selalu menolak perasaan ini"
Keesokan harinya dika selalu menjemputku, membawakanku bunga dan sesekali membawakanku hadiah-hadiah kecil. Tapi gw merasa ada yang mengganjal dihati. Riki yang biasa gw lihat saat pagi dan sore hari saat ini berubah menjadi dika, pacar yang entah kapan dia menjadi pacar gw. Saat disekolah yang biasanya kekantin bareng eka dan riki sekarang dika yang selalu menjemputku ke kelas untuk pergi ke kantin bersama.
Sekarang gw benar-benar merasa jauh dengan riki. Saat ini riki dimanapun gw gak tau. Perasaan gw semakin gak karuan. Eka yang sejak tadi sedang duduk di kantin terlihat sedang duduk sendirian. Aku dekati dia dan menyapanya.
"Eka.."
"Yaa os, tumben gak sama dika"
"Gak sama nadia?" Selaku
"Enggak, tumben biasanya riki duluan yang lo cari"
"Riki marah sama gw yaa?"
"Enggak tuh biasa aja, dia malah nyariin lo terus, khawatir tuh sama lu"
Dari arah belakang riki menghampiri gw dan eka yang sedang ngobrol. Saat riki mendekatiku, aku bergegas pergi meninggalkannya. Entah apa yang gw lakukan padahal saat itu gw kangen banget sama dia.
Sepulang sekolah gw menuju gerbang sekolah dan gw melihat dika sedang berduaan dengan seorang cewek diwarung sebrang sekolah yang tak lain tempat tongkrongan dika dan teman-teman futsalnya. Dika sadar dan mendekati gw.
"Gila lo ya, ngapain lo sama cewek itu? Lo selingkuh?Lepasin tangan gw" ucap gw sambil mencoba melepaskan tangan dika
"Selingkuh? Bukannya lo yg selingkuh sama riki sahabat lo itu? Lagian asal lo tau ya, sampai saat ini lo gak pernah jawab pertanyaan gw saat gw tanya lo soal hubungan kita. Jadi lo itu bukan pacar gw. Ngerti lo!" Bentak dika
Untuk pertama kalinya gw dipermalukan dan dibentak sama seorang cowok,
cowok yang gw kira dia baik, sopan, lembut ternyata perlakuan dia seperti ini ke gw. Gw lari meninggalkan warung itu, gw lihat riki sedang ada diparkiran dan akan melajukan motornya. Gw lari dan memegang tangannya.
"Lo kenapa?"
Gw cuma menangis dan semakin erat memegang tangan riki
"Ayo naik, gw anter pulang" ucap riki dengan wajah penuh khawatir
Diperjalanan riki tidak langsung mengantarku pulang, dia mengajakku ke suatu tempat dimana tempat itu biasa kita datangin kalau sedang kesal dengan seseorang. Riki merangkulku dan menuntunku menuju kursi yang ada di bawah pohon. Riki memeluk gw, pelukan yang gw rindukan, pelukan yang gak pernah gw rasain lagi sejak dika hadir dikehidupan gw.
Sedikitpun Riki tidak menanyakan kenapa gw nangis. Dia hanya memandang dan mengusap air mata gw. Setelah gw sedikit tenang riki tetap tidak menanyakan kenapa gw sampai nangis seperti ini. Dia hanya berusaha membuat gw tersenyum dan melupakan kejadian yang sampai buat gw nangis.
"Nah gitu dong senyum, kan cantik kalau senyum gini" goda riki
Aku hanya melemparkan pukulan kecil ke dada riki yang sejak tadi rangkulannya tak lepas dari tubuhku.
Gw selalu menyesali kenapa riki ditakdirkan jadi sahabat gw. Bukan seseorang yang ditakdirkan untuk menjaga gw dan membuat gw tersenyum setiap hari.
"Os, ko ngelamun sih? Ngelamunin gw ya, iya gw ganteng ko?" Ucapan riki membuyarkan lamunanku
"Eeh.. mm.. eennggak ih" jawabku sedikit gagap karena takut ketawan kalau memang aku sedang memikirkannya
Kulepaskan badanku dari rangkulan riki dan berdiri memandang sekitar dan sesekali menghirup segarnya udara sore ditempat itu.
"Gw lebih suka alam daripada harus jalan-jalan ke mall sama dika" ucapku sambil memandang pemandangan sekitar
"Kalau gw lebih suka lo" ucap riki
*Memandang riki* "Maksudnya?"
"Eh dingin banget ya disini, udah mau gelap juga, pulang yuk"
Gw diam dan terus memutar-mutar kalimat yang di ucap oleh riki tadi.
Sesampainya dirumah riki tidak seperti biasanya menolak untuk mampir ke rumah, sekedar pamitan sama ayah dan bunda.
Keesokan paginya, gw lihat motor riki terparkir di halaman rumah. Entah senang dan pengen teriak bahagia liat riki yang menjemputku pagi ini. Gw segera turun dan menemui riki yang sedang sarapan di meja makan.
"Pagi jelek" ucapan selamat pagi yang biasa riki ucapkan dan ingin gw denger terus setiap hari
"Pagi gantengkuu" sambil mengambil roti yang akan riki makan
Percakapan singkat tapi sangat indah buat gw, paginya gw dengan riki kembali lagi. Tapi sesekali gw ingat gw gak bisa terus-terusan bersikap seperti ini. Gw coba melawan untuk bersikap biasa aja
"Kenapa? Ko diam?" Memasangkan helm dikepala gw
"Gak apa-apa" jawabku
Di depan gerbang, gw lihat dika sudah berdiri bersama teman-temannya. Kami berdua serasa tawanan yang akan di habisi oleh musuh yang sangat brutal. Dika memintaku untuk turun dari motor. Awalnya aku menolak tetapi riki memintaku untuk mengikuti maunya dika
"Riki ini apa-apaan sih, bukannya lindungin gw"
gumanku dalam hati sambil turun dari motor riki
Sikap kasarnya dika tak terlihat pagi ini.
Pegangan lembut ditangan gw membuat gw semakin bingung dengan dika. Dika mengajaku ke warung sebrang sekolah, kulihat dika menyuruh teman-temannya untuk tidak ikut kedalam warung. Dika menundukan kepala dan tidak mengucapkan satu katapun.
"Ada apa lo ajak gw ksni?" Tanyaku sambil kebingungan dengan sikap dika yang berbeda dari kemarin
"Os, gw minta maaf soal kejadian kemarin. Gw bener-bener minta maaf. Gw gak seharusnya bersikap seperti itu ke lo"
Entah kenapa gw dengan mudah menerima permintaan maaf dika. Tanpa menanyakan siapa cewek yang kemarin bersamanya dan kenapa kemarin dia bilang kalau gw bukan pacarnya. Tatapan wajah dika yang tulus membuat gw lupa akan kejadian kemarin di warung ini. Saat gw pandang muka dika, ada luka lebam di pipinya
"Ini kenapa?" Tanyaku
"Oh enggak, semalem nabrak tembok"
"Ooh. Kita masuk kelas yuk" ajaku
Dijalan menuju kelas gw melihat riki dan eka yang sedang berdiri di depan kelas. Tanpa menyapanya gw tetap berada di samping dika dan melewati mereka berdua. Setelah gw dan dika baikan gw kembali ke kehidupan gw bersama dika yang kemana-mana selalu ada dika disamping gw. Gw pun gak ngerti kenapa gw segampang ini mengikuti semua kemauan dika.
Hari ini kelulusan diumumkan, gw coba hubungin eka dan bertemu dengan dia di belakang sekolah
"Lo gak sama riki kan?"
"Tumben lo gak mau ada riki?"
"Gak apa-apa"
"Kenapa?"
*diam*
"Lo suka sama riki?" Ucap eka sambil terus memainkan handphonenya
*diam beberapa saat*
"Iya"
Eka memandangku dan memasang tampang kaget
"Sejak kapan?"
"Huuuh.." *menarik nafas* "Sejak lama dan sampai saat ini. Cuma gw selalu menolak perasaan itu"
"Dika?" Tanya eka
"Dika sebenarnya hanya pelarian gw, supaya gw bisa menahan perasaan ke riki. Gw tau ini salah, gak seharusnya gw suka sama sahabat gw sendiri"
"Riki punya rasa yang sama" ucapnya singkat
"Rasa yang sama? Maksudnya?"
"Riki merasa kehilangan lo banget saat lo pacaran sama dika, gw coba tegur dia karna gw pernah beberapa kali mergokin riki lagi mandangin foto lo terus"
"Terus?"
"Dia sayang sama lo dari pertama kalian kenal. Tapi dia takut lo gak punya perasaan apa-apa, sampai akhirnya kita bertiga sahabatan dia coba menahan perasaan itu. Dia gak mau lo kenapa-kenapa makanya dia selalu anter dan jemput kemana lo mau. Sampai akhirnya lo jadian sama dika. Lo tau gak riki pernah berantem sama dika?"
"Berantem?" Dengan wajah penuh heran. "Kapan mereka berantem?"
"Lo inget lo pernah nangis karna dika? Lo dibentak dika ditempat umum? Sepulang nganterin lo, riki samperin dika dirumahnya dan memukul dika sampai berdarah. Riki gak mau sampe lo disakiti sama siapapun"
"Iya gw inget, gw pernah tanya kenapa ada luka lebam di pipinya dika, tapi dia bilang dia nabrak tembok"
"Dan lo percaya itu?"
"Iya" "bodoh yaa gw, ko percaya sih saat itu"
"Riki sayang banget sama lo, tapi..."
"Tapi kenapa?" Tanyaku penasaran
"Riki udah jadian sama cindi anak kelas IPA 1. Dan mereka berdua berencana pindah ke jakarta kembali ke kota mereka"
"Dia ninggalin gw"
"Lo yang ninggalin dia os, lo yang pergi dan memilih dika. Seorang sahabat jg wajar kalau punya rasa sayang yang lebih melebihi seorang sahabat. Kenapa lo harus takut?"
*gw cuma bisa tertunduk dan diam*
"Gw terlalu munafik untuk mengakuin perasaan gw ke riki. Kenapa gw gak pernah berani buat bilang semuanya ke riki, sekarang semuanya udah percuma.
"Gw gak bela riki ataupun lo, kalian berdua sahabat gw. Jangan disesalin ya, sekarang biarin riki bahagia dengan pilihannya, seperti riki membiarkan lo bahagia dengan pilihan lo"
End
------------
Jakarta, 02 Oct 2015
By Syifa Fitriasari
Jumat, 02 Oktober 2015
Selasa, 29 September 2015
Tak mampu untuk berkata
"Happy anniversary honey.. gak kerasa
ya kita udah pacaran 4 tahun, semoga kita langgeng terus ya han, sampai impian
kita terwujud"
"Happy anniversary jg sayangku. Amiin..tetap
jadi wanitanya aku ya.
"Hehehe... ayo bangun dong sayang,
mandi cepet katanya kita mau jalan-jalan"
"Kamu dateng pagi banget sih, masih
jam berapa ini?"
"Masih jam 7. Kan aku mau kasih kamu
surprise han, nih aku bawain sarapan makanan kesukaan kamu tanpa bawang goreng.
Sama ini satu lagi (sambil menyodorkan ke arah tedi)"
"Album foto?"
"Ya ini foto kita dari pertama kita
kenal sampe sekarang di 4 tahunnya kita, ini aku kosongin buat pasang foto kita
kedepannya. Aku gak mau melewatkan moment-moment indah sama kamu"
"Kamu ini yaa"
"Hehehehe... mandi sana"
Diperjalanan aku dan tedi mendengarkan lagu
kesukaan kami like im gonna lose younya megan trainor. sesekali kami bernyanyi
bersama diikuti dengan tawa bahagia kami yang sedang merayakan hari jadi ke 4
tahun.
"Han, kita mau kemana sih? "
"mmmm... ada aja. Yang pasti gak akan
pernah kamu lupain seumur hidup kamu."
Sampai di tempat tujuan tedi membukakan
pintu untukku. Didepan mobil tedi memintaku untuk menutup mata, dia menuntunku
sampai berhenti disuatu tempat yang aku pun gak tau dimana aku berada. Saat tedi
memintaku untuk membuka mata. Aku cuma bisa terpana dengan apa yang aku lihat
sekarang di depan mataku terlihat sebuah Danau yang sangat indah dengan
bunga-bunga cantik di sekelilingnya, suara angin dari sela-sela pohon terdengar
jelas ditelingaku. Danau yang baru pertama aku lihat membuat aku takjub dengan
semua pemandangan yang ada disini. Buatku pemandangan alam suatu tempat yang
sangat romantis mengingat aku dan tedi sama-sama senang dengan alam.
Disana Tedi memintaku untuk tetap berdiri disudut
danau itu, buatku ini sangat indah, sampai
sesuatu yang gak pernah terfikir olehku. ditengah danau datang segerombolan perahu
bebek yang awalnya aku berfikir biasa saja mungkin ada pengunjung lain yang sedang
menaiki perahu itu. tapi setelah perahu itu bergerak mendekat ke arahku aku cuma
bisa terkaget- kaget dengan tulisan yang ada di samping perahu itu. "I LOVE
YOU ECHA". Aku cuma bisa diam, kaget dan aku gak bisa berkata apa-apa lagi
setelah tedi menghampiriku dan memberikan satu ikat bunga dan sebuah boneka
bear yang sangat besar.
"Happy anniversary sayang. Maaf kalau kejutannya
jelek, aku bingung mau kasih kejutan apa buat kamu" sambil garuk-garuk
kepala
Aku masih terkejut dengan pemandangan
didanau ini sampai aku gak mendengar ucapan tedi
"Kamu siapin ini semua?
"Aku lakuin ini cuma ingin kamu jadi
wanita terbahagia, aku ingin kamu selalu tersenyum, aku ingin selalu liat lesung
pipit km. Sambil mencubit pipiku"
"Makasih ya haney, aku udah jadi
wanita yang sangat sangat bahagia ko apalagi kamu selalu ada buat aku, selalu
bikin kejutan-kejutan yang bikin aku ternganga terus"
Kebahagiaan itu buatku gak perlu dicari
karena kebahagiaan bisa kita ciptakan. Setelah kami menikmati pemandangan di
danau, tedi mengantarkanku pulang untuk bersiap-siap diner bareng dia. Pukul
19.00 tedi sudah menungguku di ruang tamu sambil mengobrol dengan ayah.
Ayah: echaaa... tedi udh nunggu nih.
Echa : ya ayah, ini mau turun ko.
Sampai di ruang tamu aku melihat tedi yang
gak biasanya, aku cuma terpana melihat pakaian yang dia pakai sekarang. Kemeja
putih dengan jas modernnya, celana jeans yang biasa dia pakai sekarang berganti
dengan celana bahan hitam dan sepatu casual yang biasa dia pakai. dia terlihat
ganteng banget malam ini.
" Han.. yuk berangkat"
"Om saya pinjem anaknya dulu ya"
pamit ke ayah sambil menarik tanganku
Selama di perjalanan kami hanya terdiam,
aku yang sedari tadi masih membayangkan seandainya aku dan tedi akan terus
bersama dan menikah dikemudian hari pasti aku akan sangat beruntung. Lelaki
yang baik, ganteng, romantis. Aaaah.. aku ingin selalu bersamanya. Lamunanku
terhenti saat tedi berbisik ditelingaku.
"Ngelamunin aku yaa"
"Iiiiiih kamu ngagetin aku aja, geer banget
sih ngelamunin kamu"
"Dari tadi kamu senyum-senyum sendiri
sesekali ngelihatin aku, sampe gak tau kan kalo udah sampai"
Kalau dibilang malu sih malu banget yaa
ketawan ngelamunin pacar kesayangan aku yang gantengnya maximal malam ini
sampai gak sadar kalau udah sampai. Tedi membukakan aku pintu mobil dan
merangkulku sampai masuk ke sebuah cafe yang cukup mewah. Kami diarahkan masuk
ke sebuah meja yang sudah di hias dengan bunga lily, tedi gak pernah lupa untuk
memberiku dan membawakan bunga lily, saat aku berulang tahun, saat perayaan
anniversary kita atau bahkan saat aku ngambek bunga lily yang dijadikam sogokan
agar aku bisa tersenyum. Kami melewati diner dengan diiringi lagu-lagu romantis
yang dibawakan oleh penyanyi cafe saat itu.
"Han, terima kasih ya buat 4 tahun yang
udah kita lewatin bersama, semoga hubungan kita akan terus seperti ini ya kedepannya.
Aku punya satu hadiah lagi buat kamu" sambil memberikan kotak yang
dibungkus rapi.
"Apa ini? Aku buka ya?" "Kotak musik? Sayang, ini bagus banget,
makasih banget ya sayang. Aku juga berharap hubungan kita bisa terus seperti
ini"
Kami melanjutkan makan kami, setelah diner
kami selesai tedi mengantarkanku pulang. Sesampainya dikamar ada telephone masuk
ke handponeku.
"Apa benar ini dengan echa?"
Suara cewek terdengar ...........
"Iya saya echa, ini dengan siapa ya"
"Salam kenal ya aku Ria, oiya Happy anniversary
ya echa. Kamu 4 tahunan kan sama tedi hari ini. Tapi maaf echa aku harus bilang
ini semua aku gak mau kamu tau terlalu lama. Aku hamil sama tedi"
"Apa? Hamil?"
"Kamu inget tedi pernah pamit buat
pergi berlibur ke bangkok? Aku.." sebelum selesai cewek itu bicara aku
menutup telfonnya
Jahat banget tedi sama aku, terus buat apa
kejutan-kejutan hari ini semuanya bulshit. Aku mengambil handpone dan menelfon
tedi
"Siapa ria? Ada hubungan apa kamu
dengan ria?"
"Kenapa sayang? Ria? Kamu tau ria dari
mana?"
"Gak usah basa basi kamu. Apa yang
kamu lakuin sama ria sampe dia hamil? Aku benci ya sama kamu, aku kira kamu itu
cowok yang bener-bener tulus sayang sama aku ternyata kamu sama aja. Mulai saat
ini kita putus"
Aku bener-bener marah saat itu, aku gak tau
harus berbuat seperti apa aku cuma bisa nangis dan memukuli boneka pemberian
tedi.
Kamu jahat banget sama aku, aku gak nyangka
kamu setega ini sama aku, aku benci kamu..
Tedi berusaha menelfonku berkali-kali tapi
gak aku angkat, keesokan harinya aku melihat mobil tedi sudah terparkir didepan
rumahku. Sakit hatiku masih belum bisa untuk memaafkannya. Dari luar ibu
mengetuk pintu kamarku.
"Echa, buka kamarnya yaa.. ada tedi
diluar"
"Aku gak mau ketemu dia bu, suruh dia
pulang. Aku benci dia"
"Gak boleh gitu, kamu kan belum dengar
penjelasan tedi seperti apa, buka pintunya ya bicarakan baik-baik."
Dengan bujukan ibu akhirnya aku mau untuk
keluar kamar dan menemui dia yang sedang menunggu di halaman belakang.
"Echa maafin aku, aku gak bermaksud
melakukan itu, saat itu semua mabuk, aku gak sadar apa yang aku lakuin malam itu.
Tapi aku gak pernah niat buat ngelakuin itu aku gak sadar ca. Maafin aku"
"Jadi omongan ria itu benar?"
Tedi hanya menunduk dan terdiam
"JAWAB!!" Suaraku semakin tidak
terkontrol
"Aku gak tau ca, aku minta maaf"
"lebih baik kamu pergi dan gak usah
temuin aku lagi, nikahin dia yang sedang mengandung anak kamu, jangan jadi
laki-laki pengecut" pergi meninggalkan tedi yang masih tertunduk dan diam
Didalam kamar aku cuma bisa menangis
melihat orang yang aku sayangi termyata tega menyakitiku. Tedi cowok yang
selama ini aku banggain ke semua orang karna buat aku dia cowok yang paling gak
bisa bikin aku nangis sekarang dia buat aku sangat kecewa dan bikin aku sakit
hati. Setelah kejadian itu tedi selalu menelfonku, dikampus dia berusaha
menemui ku, menungguku didepan kelas sampai mengikutiku ke rumah. Kekecewaanku yang
membuat aku gak berani buat bertemu dengannya.
1 minggu berlalu hari ini aku tidak melihat
tedi berada didepan rumahku untuk berteriak meminta maaf kepadaku. Saat aku
sedang memandang ke arah jendela, terdengar suara ketukan pintu
"Ca, ada paket nih, mbak taruh di meja
makan ya" suara mbak ku yang baru tiba tadi malam dari kalimantan
Aku berjalan keluar kamar dan menuju paket
itu disimpan.
"Dari siapa?" Kok gak ada pengirimnya. Aku duduk di kursi taman
belakang rumahku sambil membuka paket yang dibungkus kertas kado berwarna
putih. Saat ku buka didalamnya terdapat surat, bunga lily dan kartu undangan.
Kartu undangan? Bunga lily? Aku sangat yakin sekali ini paket dari tedi, tapi kartu
undangan ini? Saat ku pegang undangan itu tertulis turut mengundang Maresha Sawitri
dari pernikahan Tedi Gunardi dengan Charia Indah. Aku sangat kaget dan gak
sadar aku meneteskan air mata.
Saat kubuka suratnya...
"Sayang, aku sangat-sangat minta maaf
atas semua perbuatan aku, aku tau aku salah, mungkin buatmu aku sangat jahat sampai kamu gak pernah mau untuk nemuin aku
lagi. Aku ingin jelasin semuanya ke kamu tp saat kita ketemu kamu sama sekali
gak kasih kesempatan aku untuk bicara, jadi semua berawal dari saat aku liburan
sama temen-temen ke bangkok. Saat itu ridwan membawa teman-teman ceweknya aku
gak tau kalau dia janjian sama temen-temennya di bangkok. Malam itu party
ulangtahun rizal di salah satu bar yang ada di bangkok. Malam itu semua minum,
aku sadar ada 1 cewek yang coba deketin aku, tapi gak pernah aku ladenin dia,
aku selalu inget kamu yang nunggu aku di bandung. Aku sadar aku minum banyak
malam itu sampai aku sadar saat pagi hari aku terbangun ria sudah disebelahku.
Aku minta maaf sayang. Aku bener-bener gak sadar apa yang aku lakuin. Aku
nyesel ca, aku mau nebus kesalahan aku, aku gak mau kamu bilang aku pengecut,
aku ikutin mau kamu aku nikahin ria, aku bakal jaga dan besarin anak itu buat
nebus kesalahan aku ke kamu. Tapi asal kamu tau, sampai kapanpun aku akan
sayang sama kamu. Love tedi."
Aku lari kekamar dan menangis
sekeras-kerasnya, sampai kakaku menghampiriku yang sedang memeluk boneka
pemberian tedi.
"Jahat banget kamu ben"
"Ca.. udah ya jangan nangis terus.
Cantiknya nanti ilang loh."
"Tapi tedi udah jahat sama aku mbak.
Tedi jahat banget udah lakuin ini semua."
"Iya tp kamu jangan berlarut larut
nangis gini dong. Lusa kan ulang tahun kamu."
"Gimana tedi gak jahat mbak, kita
pacaran gak bentar mbak, 4 tahun dia balas dengan seperti ini, saat anniversary kita tedi kasih surprise yang
sangat indah malamnya aku dapet kabar kalo tedi sama cewek itu, dan yang paling
nyakitin dia nikah di hari ulang tahun aku mbak. Tedi jahat banget sama aku"
"Udah ya. Kamu pasti kuat ko dan bisa
lewatin itu. Semoga kamu bisa dapetin gantinya yang lebih baik dari tedi, gak
bikin kamu nangis lagi"
"Iya mbak, mbak.. aku pengen sendiri
dulu"
Keesokan harinya aku terbangun dengan mata sembab dikedua mataku. Aku mencoba
berjalan menuju jendela yang biasanya setiap pagi aku melihat tedi yang berdiri
dibawah sana untuk menjemputku untuk bersama pergi ke kampus. Tapi hari ini aku
harus memulai semuanya terbiasa sendiri. Sesampainya dikampus aku berjalan
melewati lorong parkiran yang menghubungkan kelas menuju perpustakaan.
Diparkiran aku melihat mobil tedi terparkir disalah satu parkiran. Mataku mulai
melihat sekeliling parkiran untuk
mencari keberadaan tedi. Aku kangen dia, aku ingin meluk dia disaat aku
terpuruk seperti ini.
Tapi aku tersadar semua itu tidak akan pernah terjadi
lagi. Saat akan melangkahkan kaki, aku melihat tedi berjalan menuju mobilnya
tapi dia gak sendiri, ada wanita lain yang dia rangkul berjalan sambil sesekali
mencubit perut tedi dan saling tertawa Apa wanita itu yang namanya ria? Mereka
terlihat bahagia sekali. Apa secepat itu tedi melupakan aku, semua kenangan kita dan mereka segera akan menikah.
Aku bergegas berbalik arah dan memanggil taxi. Aku gak sanggup harus liat dia
dengan cewek lain menikah dihari ulang tahun aku. Diperjalanan aku hanya bisa
menangis dan menangis mengingat kejadian tadi dan undangan pernikahan mereka.
Handphoneku berbunyi dan saat kubuka ada
pesan masuk dan itu dari tedi.
"Besok hari pernikahan aku, kamu
datang ya. Aku ingin lihat kamu merestui pernikahan kita."
"Melihatmu menikah sama halnya membunuh
hatiku sendiri"
Kenapa aku harus ketemu orang sejahat kamu.
Aku diminta untuk lihat pernikahan orang yang selama 4 tahun ini bersamaku.
Didalam kamar ku pegang dan kupandangi undangan pernikahan tedi.
Keesokan paginya ibu membangunkanku dan
memintaku untuk bergegas untuk menghadiri pernikahan tedi.
"Aku gak mau datang bu.. yang ada aku
nangis nanti disana"
"Gak enak toh sama tedi, berharap kamu
datang. Berangkat sana nanti ditemenin mas riki"
"Buuu....."
"Udah siap-siap sekarang"
Dengan terpaksa aku mengikuti kemauan ibu untuk
berangkat ke acara pernikahan orang yang saat ini aku sayang sekaligus aku
benci. Mas riki membukakan pintu mobil dan berkata "pagi cantik, sudah
siap"
Apa maksud kata-kata mas riki tadi. Sudah
siap? Mas riki membuyarkan lamunanku
"Turun yuk"
"Udah sampai?"
"Ngelamunin apa sih kamu, tuh"
sambil menunjuk ke arah orang-orang yang sedang memasuki tempat acara
pernikahan tedi.
Aku coba melangkahkan kakiku keluar dari
mobil. Mas riki yang sejak tadi menungguku diluar sesekali memberi tanda untuk
aku keluar dari mobil.
Garden party, warna putih dan biru. Ini
semua party pernikahan yang aku inginkan dari dulu, yang sempat aku utarakan ke
tedi dan sekarang dia pakai buat pernikahannya.
Aku kuatkan diri untuk melangkahkan kaki
satu demi satu, kuperlambat kakiku dan kutundukan kepalaku hingga aku sampai di
depan yang mungkin saat ku angkat kepalaku yang akan kulihat seseorang yang sangat
aku cintai sedang menikah dengan wanita lain. Kuterdiam sejenak dengan kepalaku
yang masih menunduk dan aku merasa mas riki pergi menjauh dari sampingku.
Kuberanikan diri untuk perlahan mengangkat kepalaku dan seketika aku menangis
melihat apa yang ada dihadapanku. Dia seseorang yang aku sayangi berdiri tegak
dengan menggunakan jas berwana hitam dan membawa kue ulangtahun bertuliskan "happy
birthday sayangku echa". Kulihat sekelilingku disana berdiri semua
keluargaku dan teman-teman kampusku membawa balon yang bertuliskan " i
love you " aku cuma bisa menutup mulutku dengan kedua tanganku serasa tak
percaya dengan apa yang aku lihat sekarang. Acara yang seharusnya aku lihat
pernikahan tedi, berubah menjadi hari ulang tahunku. Tedi mendekatiku dan membawa
bunga lily kesukaanku.
"Selamat ulang tahun sayang"
"..."
"Kamu gak suka lagi ya kejutan dari
aku"
"..." aku masih terdiam dan
menangis
"Ko kamu masih nangis terus. Masih
marah ya?"
"Siapa yang gak marah dibohongin gini.
Bilang ngehamilin orang lah, mau nikah lah. Nyebelin ya kamu"
"Maafin aku ya, aku cuma pengen ulang
tahun kamu berkesan, aku juga minta maaf udh boongin kamu, kalo gak gitu kan gak
akan sampe nangis gini kamunya, berarti surprise aku berhasil dong.
Hahaha" tertawa senang diikuti teman-teman yang ikut tertawa karna
sindiran tedi
"Tiup lilin dulu yuk, sambil make a
wish nanti nangisnya dilanjut lagi"
" tediii... "sambil mencubit perut
tedi
Sebelum meniup lilin tedi memintaku untuk
meminta permintaan terlebih dahulu
"Aku berharap lelaki yang ada
disampingku akan selalu terus berada dekat denganku dalam keadaan susah ataupun
senang, aku sangat bahagia memilikinya" doaku dalam hati
Kutiup semua lilin yang ada di atas kue
diiringi tepukan dan ucapan selamat dari teman- teman dan keluarga yang ada
disana, kulihat ibu sedang tersenyum mendekatiku
" selamat ulang tahun anak ibu yang
udah semakin besar, jadi anak sholehah ya, nurut sama orang tua"
"Iya ibu.. tapii ngomong-ngomong ibu
pasti ikut dalam rencana ini?" Sambil menggoda ibu yang sedang memeluku
"Mmmm kasih tau gak yaa"
"Aaah ibu jahat nih, ikut-ikut rencana
tedi"
Dari arah belakangku tedi berjalan dengan
seorang cewek yang mungkin cewek itu yang aku lihat saat tedi berada diparkiran.
Aku melepas pelukan ibu dan berbalik berhadapan denga tedi.
"Han, kenalin ini ria"
"Oooh ini ria, yang bilang katanya
hamil sama kamu"
"Hai echa, maaf ya udah bohongin
kamu"
"Iya sayang, ria ini sepupu aku yang
tinggal di newyork, habis aku bingung mau kasih kado apa buat ulang taun kamu,
waktu ria dateng kerumah, aku cerita dan dia yang bikin ide ini" sambil
merangkulku
"Tenang aja, tedi sayang banget sama
kamu, dia gak akan bikin kamu kecewa seperti sekenario yang kita buat"
semua tertawa
Tedi mengajakku ke salah satu kursi yang
ada di halaman tersebut
"Duduk sini"
"Jangan nangis lagi ya, aku sebenernya
gak tega ngelakuin ide bodohnya ria, aku takut kamu benci beneran sama aku. Aku
gak mau lihat kamu tiap hari nangis sampe gak masuk kuliah. Maafin aku ya, aku
lakuin ini cuma ingin kamu seneng, kamu gak kecewa pacaran sama aku"
" aku malah mau bilang terima kasih sama
kamu, karna kamu aku jadi wanita terbahagia, mungkin aku orang yang paling
beruntung dapetin kamu, kamu yang sabar dengan manja nya aku,kamu yang gak pernah
ngeluh dengan kemauan aku, kamu yang selalu berusaha bikin aku tersenyum,
dengan bunga lily dengan surprise seperti ini. Gak pernah ada kata kecewa dalam
diri aku karna udh memiliki kamu"
"Janji untuk selamanya akan menjadi
kita"
"Aku janji"
Sambil mencium keningku dan memeluku..
End
-------------
16 Sept 2015
by Syifa Fitriasari
At apartement
CINTA TAK BISA DISALAHKAN
Kring.. kring.. kring..
Talita : yaa fan?
Fanya : taa gw salah suka sama seseorang
Talita : salah gmn? Siapa?
Fanya : beno ta.
Talita : what?? Ko bisa?
Begitulah sekilas curhatan gw sama sahabat
gw, gw fanya cewek 22 tahun cewek berambut
hitam panjang yang gak pernah bisa jalanin hubungan dengan satu cowok. Sahabat
gw talita, gw kenal dia dari gw kecil dia tau semua tentang gw, mantan gw dan semua
pacar gw dan dia yang selalu gw tumbalin buat bohong sama pacar-pacar gw. Haha
yaaps, Kali ini gw terjebak sama cinta yang salah dia adalah beno temen 1 tim
basket di kampus yang cukup lama gw
kenal. Gak ada yang salah kalau gw suka sama dia karna cinta datang gak liat
waktu atau siapa dia. Yaa ini lah awal mula gw suka sama beno.
Saat itu tim
basket kampus kami berlibur ke bali. Enggak ada yang spesial dengan kami
berjalan seperti biasanya. Obrolan kami sama seperti biasanya tanpa ada
perasaan apapun. Suatu ketika kita duduk berhadapan dan saling tatap, entah apa
yang terjadi ada rasa yang enggak seperti biasanya. Gw berusaha untuk tetap seperti
biasa, 3 hari berlalu kami kembali ke jakarta. Sampai di bandara beno memintaku
pulang bersamanya. Entah ini perasaan apa yang sangat menggangguku, selama
diperjalanan kami hanya diam seribu bahasa seperti orang yang baru saja saling
kenal. Untuk mengalihkan kecanggungan gw alihkan pandangan ke jendela. Mungkin
beno merasa ada yang aneh dan dia mencoba menegurku.
Beno : fan, lo knp?
Fanya : hmm.. eh.. iya.. enggak apa-apa ko.
Beno : bener enggak apa-apa
Fanya : iya cuma liatin lampu- lampu jalan
aja ko (berasa bodoh sekali jawaban gw, liatin lampu? Heloo fan gak ada alasan
lain apa)
Setelah percakapan itu kami saling diam
lagi sampai tiba di depan rumah gw.
Beno : gw langsung ya, udah malem bsk ada
kuliah pagi
Fanya : ok ben, Makasih ya..
Gw cuma bisa senyum- senyum mengingat
kejadian bersama beno di bali. Semula biasa saja sebelum percakapan gw dan
talita berlanjut
Talita :gw gak salah denger lo suka sama
beno?? Fan lo sadar gak sih beno itu 4 bulan lagi mau nikah, jangan macem-macem
deh.
Fanya : iya gw tau, makanya gw bilang gw
salah suka sama orang kan.
Aaaah, kenapa harus beno sih yang mau nikah
4 bulan lagi, kenapa gak orang lain aja. Kesokan harinya dikampus gw gak lihat
beno di unit basket, mungkin dia sedang pergi dengan genknya atau mungkin masih
ada kelas. Akhirnya gw putuskan untuk pulang ke rumah lebih cepat karena hari
ini pun tidak ada jadwal latihan basket.
2 Minggu lagi tim basket putra yang di
pimpin oleh beno ada pertandingan antar universitas di kampus EXO dan hari ini
beno terlihat bersemangat sekali berlatih di lapangan basket kampus kami. Terlihat
disamping lapangan ada nugi dan mika sedang istirahat, aku dekatin mereka yang sedang
istirahat karena kelelahan.
Nugi : kemana aja lo fan, dari kemaren enggak
keliatan.
Fanya : gw ke unit enggak ada siapa-siapa
ya udah gw balik.
Mika : malem jalan yuk
Dari arah belakang beno datang
Beno : eh fan, gw cariin kemaren kemana?
Yuk kita jalan malam ini.
Fanya : eh iya ben kemaren gw langsung
pulang. Boleh deh nanti malem kita jalan
Malam hari..
Jam 17.00 gw dan mika sudah ada di rumah
nugi sambil menunggu beno datang. kita membicarakan pertandingan basket yang
tidak akan lama lagi dilaksanakan. Tiba-tiba handphone nugi berbunyi dengan
nada khasnya lagu ed sharen (lagu kesukaan nugi yang tiap kita jalan selalu dia
nyanyikan)
Nugi : dimana lo ben
Beno : jemput gw ya di tempat biasa, mobil
gw dipake cewe gw nih.
Nugi : oke, kita jalan sekarang.
Setelah tutup telfon dari beno, nugi mengambil
tas dan mengajak kita pergi.
Nugi : yuk kita cabut sekarang, beno nunggu
di depan jalan komplek dia.
Setelah beberapa menit perjalanan dari
rumah nugi kita hampir sampai di rumah beno. Rumah nugi dan beno enggak terlalu
jauh sekitar 10 menit juga sampai. Sebelum masuk komplek beno nugi menunjuk
suatu gedung.
Nugi : nih gedung pernikahan beno nanti.. (menunjuk
bangunan disebelah kiri gw, karna saat itu gw duduk di kursi sebelah kursi
supir yang saat ini nugi yang menyetir mobil gw)
Gw cuma bisa diam saat melewati gedung itu,
What gedung pernikahan beno dengan pacarnya, aaah.. gw cuma cemberut
(mudah-mudahan sih gak ada yang sadar gw badmood gara-gara nugi kasih tunjuk
gedung pernikahan beno) sampai diujung jalan terlihat beno sedang menunggu
kita.
Beno : helo bro.. sorry-sorry mobil gw di
bawa cewek gw.
Mika : santai aja broo, eh mau kemana kita?
Beno : biasa lah makan sate di tempat biasa
Sate 3 point. Nama tempat sate yang
terdengar aneh, mungkin karna yang jual sate dulunya pemain basket kali ya dan
disana, semua sate terdapat 3 potong dalam satu tusukan. Tempat ini tempat favorit
kami kalau sedang jalan berempat. Setelah selesai makan kami berencana langsung
pulang karena hari sudah mulai malam, diperjalanan mengantar beno, beno
menawarkan mampir dulu, akhirnya kita belok ke arah rumah yang di tunjuk oleh
beno. Sesampai disana mobil beno sudah terparkir di garasi rumah itu. Gw sedikit
bingung karna gw tau ini bukan rumah beno.
Untuk kedua kalinya malam ini gw
dibikin diam seribu bahasa karena rumah yang kita datangi ternyata rumah nia
yang tak lain adalah pacarnya beno. Ingin rasanya gw diem aja di dalam mobil
dan gak mau keluar mobil. Tapi gw gak mau ada yang tau tentang perasaan gw ke
beno. Gw paksain buat turun dan masuk kerumah nia. Dari dalam rumah, nia menyambut kami yang baru melewati pagar
rumahnya.
Nia : hey kalian, sini masuk..
Mika, gw dan nugi hanya mengangguk dan
masuk dan duduk di ruang tamu setelah dipersilahkan duduk oleh nia dan beno.
Tak lama kami ngobrol dirumah nia, jam
sudah menunjukan pukul 21.30. Dan kami pun berpamitan dengan nia dan beno.
Selama diperjalanan pulang menuju rumah nugi, nugi bercerita semua persiapan
pernikahan beno, nugi adalah salah satu sahabat beno yang paling dekat selain
rumah mereka yang berdekatan nugi adalah orang yang membantu semua persiapan
pernikahan beno makanya nugi tau detail perkembangan pernikahan beno dan nia.
Sedih rasanya mendengar nugi bercerita banyak mengenai beno tapi gw senang
dengan nugi bercerita gw tau semua tentang beno, keseharian beno, sifat dan
kesukaan beno yang gak pernah gw tau.
Pertandingan basket tim putra kampus kami
akan bertanding 2 hari lagi. Seperti biasa selesai jam perkuliahan gw pergi
menuju unit basket. Di depan unit gw lihat beno sedang menelfon seseorang, belum
sampai langkahku di tempat tujuan gw lihat beno berpamitan dengan yang lainnya.
Sampai di unit gw dekati nugi yang sejak tadi duduk di depan pintu.
Fanya : nug, beno kemana? Gak latihan dia?
Kan bentar lagi pertandingan
Nugi : ooh beno jemput ceweknya, nanti
kesini lagi ko
Lagi-lagi beno ninggalin latihan buat
jemput ceweknya. Nia pacar beno emang gak sekampus sama kita. Tapi masa ceweknya
gak ngertiin banget sih kalo beno mau ada pertandingan lusa ini.
Hari pertandingan pun tiba, tim beno sudah
berangkat dari pagi hari karena harus ada breafing sblm bertanding. Meskipun tempat
bertanding di luar kota tapi tidak begitu jauh dari rumah gw, gw putusin
berangkat sendiri pada siang harinya. Sesampainya disana yang gw cari pertama, tidak
lain dan tidak bukan siapa lagi kalo bukan beno, tapi setelah gw cari-cari beno
tetap gak gw temuin. Akhirnya disaat akan kembali ke hotel yang kita booking
selama pertandingan gw lihat beno dengan muka badmoodnya sedang berjalan menuju
mobilnya.
Di hotel gw coba telfon dia untuk ikut
bergabung dengan kami yang sedang berkumpul di salah satu kamar yang kita akan
tempati. Gak lama beno datang dengan muka cemberut kemudian dia meninggalkan
kami lagi yang sedang asik tertawa karna cerita mika. Gw coba tanya kenapa beno
terlihat badmood dari tadi. Ternyata beno sedikit kesal dengan pelatih kami
yang belum juga tiba sampai saat ini dan pengganti pelatih sementara tidak bisa
memberi masukan apa-apa saat pertandingan pertama di mulai.
Malam harinya gw, beno, nugi dan mika bercanda-canda
di kamar. Saat gw mau pamit pulang, beno
melarang gw untuk pulang dan meminta gw tetap bermalam di hotel bersama
teman-teman yang lain. Akhirnya gw putuskan buat gak pulang karna hari sudah
larut malam juga. Kami melanjutkan candaan dan sedikit ada yang curcol mengenai
cewek yang sedang di incar nugi. Kesempatan buatku untuk memancing bagaimana beno
selama ini ke gw.
Fanya : eeh.. eh.. guys gw mau tanya, kalau
misalkan kita mau nikah nih tiba-tiba ada orang yang dulunya pernah kita sayang
dateng lagi dan minta untuk balikan. Apa yang akan kalian lakukan
Mika : lu mau nikah sama yang sekarang udah
ada pembicaraan keluarga belum? Kalau belum ya bebas dah lu mau balik lagi jg
Nugi : lagian yaa kenapa dateng pas mau
nikah..
Setelah perdebata terjadi akhirnya beno angkat bicara
Beno : kalo gw sih fan, tetep jalanin buat
nikah sama yang sekarang. Karena belum tentu dia bisa lebih baik dari yang
sekarang.
Gw cuma dibikin diem lagi sama jawaban dari
beno. Okeey gw tau dia gak pernah anggap gw ada. Fix gw bakal lupain beno.
Tapii gw udh baper duluan sama dia. aaah beno...
Keesokan harinya pertandingan pun di mulai.
Pertandingan pertama dimenangkan oleh kampus kami. Disaat sedang berlangsung
pertandingan kampus lain, gw liat beno sedang duduk sambil mendrible bola.
Fanya : hey sendirian aja. Masih bt?
Beno : enggak
Fanya : udah kan masih bisa dipertandingan
selanjutnya. Maximalin aja nanti
Beno : males gw.
Setelah itu kami duduk dan saling diam.
Pertandingan kampus kami pun akan segera di mulai kembali, beno yang awalnya
tidak mau mengikuti pertandingan ini pun akhirnya mau mengikuti setelah bujukan
dan rayuan anak-anak lainnya. Selama pertandingan point kampus kami semakin
bertambah sampai pertandingan kami selesai. Selesai pertandingan dan menunggu
pengumuman pemenang gw duduk tribun yang tak jauh dari tempat anak-anak lainnya
berkumpul. Serentak mengaggetkanku saat beno tiba-tiba duduk disebelah gw.
Sedikit canggung akhirnya gw iseng buka handphone dan melihat-lihat video lucu.
Disana beno terlihat lebih ceria dan dengan video-video lucu yang kami lihat akhirnya
kita tertawa bersama. Indahnya kalau bisa sesering ini berdua dengan beno.
Pengumuman pun segera dibacakan. Dengan
sorak horai tim kami mendapat juara 1 dalam pertandingan antar kampus saat ini.
Gw maju paling depan untuk mengabadikan kebahagiaan yang terpancar dari muka beno
saat mengangkat piala kebanggaan kami. Beno senang sekali terlihat dari
wajahnya yang saat itu tidak berhenti tersenyum. Dalam hati gw berkata "gw
senang lihat lo tersenyum gini".
Setelah beres-beres kami pulang kerumah
masing-masing. Keesokan harinya tanpa basa basi gw kirim foto-foto beno saat
sedang mengangkat piala. Tak lama kemudian hp gw berbunyi dan chat itu dari
beno.
Beno : makasih ya fan.
Fanya : sama-sama bang beno
Beno : hahahaha
Fanya : kenapa?
Beno : gpp.. hahaha
Fanya : gpp deh ketawa gini dari pada
manyun kayak waktu itu. Hahaha "Sedikit aku singgung kejadian badmoodnya
beno saat pertandingan itu"
Beno : udah ah jangan dibahas yang kemarin.
Fanya : oke apa sih yang enggak buat bang
beno.. haha
Beno : haha lo ini yaa bisa aja.
Malam itu malam yang sangat bahagia buat
gw. Tapi kembali badmood saat inget kalau dia mau nikah sebentar lagi.
Seminggu.. duaminggu.. sebulan berlalu tugas
kampus yang begitu banyak sampai gak sempat buat bertemu beno sekedar untuk
lihat senyumnya dia. Tapi mungkin ini kesempatan buat gw untuk belajar melupakan
beno yang bentar lagi mau.. "aah sudahlah mendengar kata pernikahan itu
bikin mood gw berantakan" sampai saat ini pun beno gak pernah sama sekali
coba hubungin gw.
Malam
ini malam minggu tapi gw masih tetap dengan tugas didepan meja belajar. Gak
lama kemudian hp gw berdering dan gw sedikit kaget lihat layar dan yang
menelfon itu beno. "Tumben sekali ada apa dia nelfon gw"
Fanya : ya ben
Beno : dimana? Keluar sekarang gw didepan
rumah lo.
Tuuut..tuuttt.. tutt..
Apa-apan sih ini beno gak ada kabar apa-apa
selama sebulan ini tiba-tiba muncul didepan
rumah. Akhirnya gw putuskan untuk menutup semua buku dan keluar untuk menemui beno.
Belum sempat aku sapa dia sudah menarik tanganku untuk masuk kedalam mobilnya
Fanya : lo apa-apaan sih dateng -dateng
langsung nyulik gw gini. Permisi dulu kek, salam dulu kek.
Beno cuma diam dan fokus mengendarai
mobilnya. Sampai di sebuah rumah makan yang bisa dibilang tempat makan yang
sangat romantis buat pasangan yang sedang jatuh cinta, tempat makan yang berada
di dataran tinggi, terlihat pemandangan lampu-lampu dari rumah dan bintang yang
terlihat jelas di langit yang cerah dan lilin yang di hias untuk menerangi meja
makan kami. Tapi buat apa beno ajak gw kesini. Apa dia mau nunjukin kemesraan
dia sama calon istrinya kah atau dia mau kasih gw undangan pernikahan. Tapi kenapa
harus ditempat romantis ini sih. Beberapa saat kita hanya saling diam. Gw cuma
kebingungan lihat raut wajah dia sampai akhirnya dia membuka pembicaraan terlebih
dahulu.
Beno : gw..
Fanya : "menatap wajah beno yang
semakin terlihat kebingungan"
Beno : gw sayang lo
Untuk kesekian kalinya gw dibikin diam oleh
ucapan dan tingkahnya. Gak tau harus berbuat dan bicara apa saat dia bilang
kalau dia sayang gw.
Beno : gw sayang lo fan
Fanya : lo kan mau nikah (pertanyaan datar
yang terlihat bodoh terucap olehku)
Beno : gw udah putusin nia, gw tau gw salah
saat itu gw bilang kalau gw bakal tetap
pilih cewek sekarang yang akan gw nikahin. Tapi gw sadar gw salah bilang gitu
ke cewek yang gw sayang. Gw nyesel banget fan. Jujur gw sayang lo udah lama, tp
gw gak berani buat ungkapinnya karna gw takut lo gak punya perasaan yang sama
ke gw, gw terlalu egois banget saat itu, gw takut lo gak nerima gw dan gw
kehilangan semuanya. Sekarang gw bener-bener sadar dengan segala resiko yg
bakal gw terima nantinya gw putusin nia dan gw ingin sama lo fan. Gw pengen Lo jadi pendamping hidup gw, Nemenin gw disemua keadaan gw, jadi bagian
hidup gw fan.
Fanya : secepat ini kah? Terus nia gmn?
Pernikahan kalian?
Beno : keluarga gw sebenernya gak pernah
setuju dengan hubungan gw sama nia. Mungkin lo juga udah pernah denger kalau gw
sama nia beda agama. Gw terlalu memaksakan keinginan gw untuk menikahi nia
tanpa restu orang tua gw. Tapi setelah gw fikirin tentang ucapan lo dulu "
tanpa restu orang tua kita gak akan bahagia" buat apa gw jalanin kalau orang
tua gw gak merestui hubungan gw.
Fanya : lo ilang beberapa minggu ini dan sekarang
dihadapan gw, lo bilang sayang sama gw?
Beno : gw bukan menghilang, gw bukan gak mau
kabarin lo. Gw coba beberapa minggu ini untuk menyelesaikan hubungan gw sama
nia, gw gak mau ada yang tersakiti, meskipun gw tau nia udah berkorban banyak
buat semuanya. Tapi gw gak mau nia lebih sakit lagi kalau dia tau cinta gw
bukan untuk dia lagi.
Fanya : apa lo udah yakin dengan semua ini?
Beno : kalau gw gak yakin gak akan gw ajak
orang tua gw dan orang tua lo disini
Untuk kesekian kalinya lagi beno membuat gw
terdiam dan kaget saat keluarga dia dan keluarga gw berjalan menghampiri meja kami. Gw cuma
bisa diam saat orang tua beno mencium kening gw dan berkata " insya allah
kalian akan bahagia, ibu percaya kamu akan memberi kebahagiaan buat beno dan
keluarga kecil kalian nantinya"
Beno mendekatiku mengeluarkan cinci serta bunga
lily kesukaanku dan berkata
Will you marry me?
Dan dengan senyum bahagia gw jawab
Yes, i will......
End.
------------------------------------
(Fanya & Beno)
01 sept 2015
By syifa fitriasari
Langganan:
Komentar (Atom)