Minggu, 21 Februari 2016

SAYANGNYA ITU CINTA…




2 tahun yang lalu aku pertama kali mengenalmu, awal pertemuan itu di kantor baruku tepatnya di kota Jakarta. Sikapmu yang dingin membuat aku selalu tersenyum saat bertemunya. Hari-hari berlalu aku hanya berani memandangmu dari kejauhan tanpa berani untuk mengenal kamu lebih jauh.
Sampai akhirnya aku pindah ke ruangan yang berbeda, semakin jarang aku bertemu denganmu. Suatu saat aku memulai mengajar karyawan baru. Dari situ aku mengenal seorang bernama Adri, dia salah satu staff yang bekerja dikantor yang sama denganku. Aku mulai dekat dengannya dalam artian dekat sebagai teman.

Saat Aku dan Adri mengajar karyawan baru, saat itu pula baru aku tau ternyata dia berteman dengan lelaki dingin yang aku sukai itu. Sejak itu pun kami selalu pergi bertiga. Aku, Adri dan Hakim. Hakim adalah cowok yang aku sukai sejak masuk ke kantor ini. Kedekatan pertemananku dengan adri berkurang setelah adri menyukai Tita, cewek yang bekerja satu divisi denganku.

Semenjak itu kedekatanku lebih banyak dengan Hakim. Entah mengapa perasaan yang dulu kepada Hakim sudah tidak ada. Aku dan Hakim selalu jalan berdua, makan, nonton dll. Sampai suatu ketika Hakim bercerita kalau dia sedang mendekati seorang cewek. Perasaanku biasa saja saat mendengar Hakim bercerita tentang cewek itu. Hakim mulai menjauhiku semenjak dia dekat dengan cewek itu. Sampai-sampai waktu untuk bertemu dengan Hakim sangat sulit. Setengah tahun berlalu tepatnya bulan puasa aku yang saat ini sudah tidak bekerja di kantor itu datang menemui Adri dan Hakim karena kami berencana untuk buka puasa bersama. Hakim mendekat duduk disampingku
"Gimana sama cewek itu?" Tanyaku
"Gak tau gak jelas, tapi aku lagi deket sama cewek lain lagi" jawabnya

Entah mengapa perasaan kesal, marah, cemburu itu muncul saat dia berkata ada cewek lain lagi yang sedang ia dekati. Marahpun aku tak bisa, aku hanya diam saat dia bercerita tentang cewek itu.

Setelah kejadian itu aku enggan untuk bertemu Hakim. Satu bulan berlalu aku mengenal seorang lelaki berwajah tampan, badan yang lumayan profosional, mungkin karena dia suka gym. Dia bernama Michael yang akrab dipanggil Acel. Semakin hari semakin intensif pertemuan kita sampai pada suatu hari aku masuk rumah sakit. 2 minggu aku di rawat Acel tak pernah absen untuk menjenguku, bahkan beberapa kali dia tertidur sampai pagi di rumah sakit.

Suatu ketika Acel pamit untuk pergi kerumah temannya. Pada jam besuk, temanku bernama Vira memang sudah bilang akan datang, tapi aku sedikit kaget saat tau Hakim ikut bersama Vira. Vira datang membawa pesananku. Meskipun sempat berdebat dulu karna aku belum boleh makan apa-apa selain makanan dari rumah sakit. Hehehe bandel dikit gak apa-apa kan yaa..
Tiba-tiba Hakim berdiri dan menghampiriku.
"Bandel ya kamu, lagi sakit jg makan kayak gini" ucap Hakim yang berpindah duduk di sebelahku
"Gpp lah dikit ini. Hehe..."
"Mau aku suapin gak beb?" Sambil membuka bungkusan
*Aku hanya mengangguk*

Entah sejak kapan kata "beb" udah menjadi panggilan kami berdua. Hakim dengan sabar menyuapiku yg sedang berbaring di kasur. Hari ini adalah Hal yang aku rindukan saat bersama Hakim, tapi kenapa setelah 1 minggu Hakim baru dateng menjengukku, padahal tempat kerja dia gak jauh dengan rumah sakit tempatku di rawat

Tak lama kami berbincang-bincang, Vira pamit untuk kembali ke kantor bersama Hakim. Selang beberapa waktu, Acel yang sejak pagi pergi, masuk ke dalam ruangan dan langsung rebahan di sofa. Dalam hatiku berkata
"Untung gak ketemu Hakim hehehehe.."

Sebulan berlalu komunikasiku berkurang dengan Hakim, entah mungkin saat ini aku sibuk dengan Acel atau dia sibuk dengan travelingnya. Semenjak orangtuaku mengenal Acel dan mengetahui kami berbeda agama, orang tuaku melarangku terlalu sering bertemu dengannya. Ya.. aku sudah yakin dari awal pasti orang tuaku atau orang tuanya pasti tidak merestui kami. Semakin hari hubunganku dengan Acel semakin menjauh meskipun komunikasi tetap ada.

Sepulang Check Up dari rumah sakit aku berencana mampir untuk bertemu Hakim, Vira dan Ara. Sesampainya di tempat makan, Vira dan Ara sudah sampai duluan akhirnya kita memesan makan duluan. Tak lama kemudian Hakim datang dan duduk disebelahku. Belum sempat aku menyapanya dia berbicara dengan suara keras
"Beb kamu selingkuhin aku ya!"

Aku diam tak bisa berkata apa-apa saat dia menuduhku seperti itu. Dia mengulang perkataan tadi dengan suara agak keras sampai orang-orang disekitar Melihat ke arah kami.
"Apaan sih beb, kapan dan sama siapa jg aku selingkuh"
"Berani sumpah?"
"Siapa yg selingkuh sih?" Aku semakin bingung dengan tuduhan Hakim.

Setelah itu Hakim pergi meninggalkan kami. Kami bertiga hanya saling pandang dan menggelengkan kepala. Malu rasanya saat itu dilihatin orang-orang yang sedang makan disana.
"Yas, kenapa Hakim nuduh seperti itu? Emang siapa yang dia tuduhkan?" Tanya Ara
"Aku aja gak ngerti kenapa dia dateng-dateng nuduh aku selingkuh, sama siapa juga. Eeh tapi kayaknya yang dia maksud Acel kali ya"
"Emang kamu sama Hakim pacaran?" Tanya Vira sambil memegang tanganku
"Aku gak tau, ya hubungan kita gini-gini aja sih" jawabku
"Hakim aneh yaa dateng-dateng, langsung marah-marah nuduh selingkuh" hahahahaa ucap Ara

Seminggu berlalu aku bertemu kembali dengan Ara dan Vira. Sebelum mereka bedua datang Hakim menelfonku dan aku kaget Hakim sudah ada dibelakangku.
"Hey beb. Hehehehee"
"Kamu, ngapain disini?" Tanyaku
"Kangen.. hehehe. Gak boleh aku kesini?"
"Hmmm.. iya boleh"

Telfonku berbunyi
Kulihat nama kiki tertera di layar HP. Kiki salah satu sahabatku yg menggunakan WO ku untuk mengurus pernikahannya. Setelah berbincang - bincang cukup panjang telfonpun di tutup.
"Siapa?" Tanya Hakim
"Kiki beb, biasa bahas nikahan"  "jd kapan mau nikah beb?"
"Tahun depan aja ya beb"

Aku sedikit kaget dengan ucapannya. Tahun depan? Sama aku?
"Biaya nikah sekarang mahal ya beb?" Sedikit menyinggung Hakim
"Yaa gak usah gede-gede, undangan juga enggak usah banyak-banyak. Keluarga aku udah banyak beb"
"Keluarga aku jg" spontan aku memotong pembicaraanya
"Ya udah kalo sama-sama banyak keluarga aja yang di undang beb. hhahaha" jawabnya sambil sedikit tertawa
"Iya deh"
"Oiya beb, kak Radi minggu besok nikah. Kamu temenin aku ya" ajak Hakim
"Dimana? Jam berapa? Sama kamu tapi kan?"
"Iya pagi-pagi bareng pengantin dan keluarga aku. Nanti km bareng aku terus ko" ucapnya

Aku semakin bingung dengan percakapan kami malam ini. Bahas masalah pernikahan, diajak ke nikahan kakaknya, bareng keluarganya. Aaah Hakim bikin bingung.

Minggu pagi..
"Beeebb baju aku ih lihat?" Ucap Hakim saat membuka pintu mobil
"Hahahahahaa baju kamu kenapa?" Aku tertawa saat Melihat baju Hakim yang kekecilan
"Kamu malah ngetawain aku" Hakim memasang tampang bete
"Maaf-maaf, ya udah ntar mampir ke toko baju dulu ya"

Sesampainya di gedung, Hakim menggandeng tanganku saat memasuki gedung tersebut sampai-sampai semua keluarga Hakim memandangku penuh tanya. Diatas pelaminan aku bersalaman dengan orang tua dan kakaknya Hakim. Sedikit gerogi sih saat bersalaman dengan orang tuanya.

Ditengah acara saat aku sedang duduk sendirian aku Melihat Hakim berjalan dengan seorang cewek, sepertinya aku baru sekali Melihat cewek ini. Sampai dia pergi, Hakim gak mengenalkanku dengan dia. Sore hari setelah acAra selesai Hakim mengantarku pulang. Di rumah aku bertanya tentang cewek itu
"Beb, tadi cewe siapa?"
"Yang mana beb? Gak ada cewe siapa-siapa ko" jawabnya
"Gak usah pura-pura deh tadi aku liat sendiri kamu jalan sama cewek"
"Bukan siapa-siapa ko itu, cuma temen doang" jawabnya sedikit terbata-bata
"Yakin?"
"Serius beb, cuma temen ko"

Aku pun gak bisa terlalu memaksakan dia untuk menjawab pertanyaanku, apa hak aku untuk marah karna cewek itu. Karna hari pun sudah terlalu malam Hakim pamit untuk pulang. Seminggu kemudian aku, teman-temanku dan Hakim berlibur ke lombok. Diperjalanan Hakim memarahiku karena aku masih sering bertemu Riki dan kawan-kawannya. Menurut Hakim, Riki akan membawa dampak negatif buatku. Aku diizinkan ketemu Riki tapi Hakim harus ikut denganku.
Seminggu berlalu liburanku dengan Hakim berakhir. Di pesawat aku mendengarkan lagu menggunakan handsfree tiba-tiba Hakim memegang tanganku.
"Beb minggu depan aku kerumah kamu ya" ucap Hakim sambil berbisik di telingaku
Mendengar ucapan Hakim aku diam, kaget, bingung, senang jadi satu semua. Apa aku gak salah dengar Hakim mau datang kerumah?
"Kapan beb?"
"Nanti aku kabarin ya kalau udah di Bandung"
"Iya" jawabku

Sesampainya di Bandung Hakim memintaku datang ke tempat dia meeting dengan kliennya.
"Hai beb" sapaku
"Hai bebb, kita jalan keluar yuk" sambil merangkulku dan berjalan ke Arah mobil
Sesampainya di cafe..
"Beb, sampai kapan kamu disini?"
"Mungkin seminggu lagi, kenapa beb?"
"Kapan kamu jadi kerumah?"
"Mmm.. besok aja ya, udah malem juga sekarang"
"Ya udah"

Singkat perbincangan kita membahas kedatangannya kerumahku.
Keesokan harinya Lala dan Meli mengajakku bertemu disalah satu cafe. Lala dan Meli adalah sahabatnya Hakim, aku dikenalkan pada saat ulang tahun Lala semenjak itu Lala dan Meli akrab denganku, kami sering menghabiskan waktu di salah satu Cafe di Bandung. Malam ini kami bertiga berencana ketemu di salah satu Cafe di daerah Jl Burangrang Bandung.
"Heh Yas, ngelamun aja. Knp lu?" Tanya Lala
"Eeh.. eeh.. hehehe gpp ko"
"Katanya Hakim mau kerumah ya?" Tanya Meli
"Loh Hakim cerita juga ke lo?" Tanyaku
"Ya dia kemarin bilang sih katanya mau kerumah lo, cuma malu katanya"
"Serius dia bilang gitu?" Tanyaku
"Iya berapa kali ya dia bilang gitu, gw bilang aja ya kerumahnya lah temuin orang tuanya, ngapain harus malu"
"Terus dia jawab apa?"
"Iya katanya nanti dia kerumah lu"
Seminggu berlalu Hakim tak kunjung datang kerumahku. Hakim menelfonku berkali-kali tapi tak ku angkat, Semakin badmood aku dibuatnya. Akhirnya dia mengirim pesan singkat
"Kamu dimana beb? Ko telfon aku gak diangkat? Aku pulang ke Jakarta malam ini, temuin aku di Cafe biasa ya"

Entah karna aku terlalu sayang atau terlalu bodoh dibuatnya, aku membalas sms Hakim dan mengambil kunci mobil lalu melajukan mobilku ke tempat dia menungguku.
"Kemana aja kamu beb, telfon aku gak di angkat"
"Gak apa-apa tadi ketiduran aja, kamu pulang malam ini?"
"Iya beb aku pulang malam ini"

Beberapa saat kami saling diam, Hakim membuka pembicaraan yang sangat bikin aku kaget dan jengkel dibuatnya
"Nikahnya ditunda aja ya"
Tak ada sedikitpun kata yang keluar dari mulutku. Sampai akhirnya Hakim pamit untuk berangkat ke Jakarta. Beberapa hari setelah Hakim pulang ke Jakarta tak ada komunikasi diantara kami. Akupun semakin bingung dengan sikap dia, apa benar dia mau serius denganku tapi kenapa sikap dia seperti ini sekarang, berbeda dengan dulu dan saat dia berucap akan datang kerumah menemui orangtuaku.
Sampai pada saat aku berkunjung ke Jakarta aku bertemu dengan Hakim di sebuah restoran. Kami berbincang-bincang sesekali dia merangkulku. Sikap Hakim semakin hari semakin membuatku bingung terkadang dia cuek terkadang dia manis seperti ini. Akhirnya kuberanikan menanyakan kejelasan hubungan kami
"Beb"
"Ya"
"Mau tanya dong"
"Tanya apa? Kalau sulit aku gak mau jawab, hehehe" sedikit mengejek
"Hmm.. enggak lah"
"Kenapa sih beb?"
"Kita itu gimana sih?"
"Kita ya biasa aja"
Jawaban singkat dan sangat jelas buatku dan jawaban yang tak perlu diperpanjang lagi. Terima kasih Hakim untuk 2 tahunnya 


Depok, 27 Januari 2016
Syifa Fitriasari