2 tahun yang
lalu aku pertama kali mengenalmu, awal pertemuan itu di kantor baruku tepatnya
di kota Jakarta. Sikapmu yang dingin membuat aku selalu tersenyum saat
bertemunya. Hari-hari berlalu aku hanya berani memandangmu dari kejauhan tanpa
berani untuk mengenal kamu lebih jauh.
Sampai akhirnya
aku pindah ke ruangan yang berbeda, semakin jarang aku bertemu denganmu. Suatu
saat aku memulai mengajar karyawan baru. Dari situ aku mengenal seorang bernama
Adri, dia salah satu staff yang bekerja dikantor yang sama denganku. Aku mulai
dekat dengannya dalam artian dekat sebagai teman.
Saat Aku dan
Adri mengajar karyawan baru, saat itu pula baru aku tau ternyata dia berteman
dengan lelaki dingin yang aku sukai itu. Sejak itu pun kami selalu pergi
bertiga. Aku, Adri dan Hakim. Hakim adalah cowok yang aku sukai sejak masuk ke
kantor ini. Kedekatan pertemananku dengan adri berkurang setelah adri menyukai
Tita, cewek yang bekerja satu divisi denganku.
Semenjak itu
kedekatanku lebih banyak dengan Hakim. Entah mengapa perasaan yang dulu kepada Hakim
sudah tidak ada. Aku dan Hakim selalu jalan berdua, makan, nonton dll. Sampai
suatu ketika Hakim bercerita kalau dia sedang mendekati seorang cewek.
Perasaanku biasa saja saat mendengar Hakim bercerita tentang cewek itu. Hakim
mulai menjauhiku semenjak dia dekat dengan cewek itu. Sampai-sampai waktu untuk
bertemu dengan Hakim sangat sulit. Setengah tahun berlalu tepatnya bulan puasa
aku yang saat ini sudah tidak bekerja di kantor itu datang menemui Adri dan Hakim
karena kami berencana untuk buka puasa bersama. Hakim mendekat duduk
disampingku
"Gimana
sama cewek itu?" Tanyaku
"Gak tau
gak jelas, tapi aku lagi deket sama cewek lain lagi" jawabnya
Entah mengapa
perasaan kesal, marah, cemburu itu muncul saat dia berkata ada cewek lain lagi
yang sedang ia dekati. Marahpun aku tak bisa, aku hanya diam saat dia bercerita
tentang cewek itu.
Setelah kejadian
itu aku enggan untuk bertemu Hakim. Satu bulan berlalu aku mengenal seorang
lelaki berwajah tampan, badan yang lumayan profosional, mungkin karena dia suka
gym. Dia bernama Michael yang akrab dipanggil Acel. Semakin hari semakin
intensif pertemuan kita sampai pada suatu hari aku masuk rumah sakit. 2 minggu
aku di rawat Acel tak pernah absen untuk menjenguku, bahkan beberapa kali dia
tertidur sampai pagi di rumah sakit.
Suatu ketika Acel
pamit untuk pergi kerumah temannya. Pada jam besuk, temanku bernama Vira memang
sudah bilang akan datang, tapi aku sedikit kaget saat tau Hakim ikut bersama Vira.
Vira datang membawa pesananku. Meskipun sempat berdebat dulu karna aku belum
boleh makan apa-apa selain makanan dari rumah sakit. Hehehe bandel dikit gak
apa-apa kan yaa..
Tiba-tiba Hakim
berdiri dan menghampiriku.
"Bandel ya
kamu, lagi sakit jg makan kayak gini" ucap Hakim yang berpindah duduk di
sebelahku
"Gpp lah
dikit ini. Hehe..."
"Mau aku
suapin gak beb?" Sambil membuka bungkusan
*Aku hanya
mengangguk*
Entah sejak
kapan kata "beb" udah menjadi panggilan kami berdua. Hakim dengan
sabar menyuapiku yg sedang berbaring di kasur. Hari ini adalah Hal yang aku
rindukan saat bersama Hakim, tapi kenapa setelah 1 minggu Hakim baru dateng
menjengukku, padahal tempat kerja dia gak jauh dengan rumah sakit tempatku di
rawat
Tak lama kami
berbincang-bincang, Vira pamit untuk kembali ke kantor bersama Hakim. Selang
beberapa waktu, Acel yang sejak pagi pergi, masuk ke dalam ruangan dan langsung
rebahan di sofa. Dalam hatiku berkata
"Untung gak
ketemu Hakim hehehehe.."
Sebulan berlalu
komunikasiku berkurang dengan Hakim, entah mungkin saat ini aku sibuk dengan Acel
atau dia sibuk dengan travelingnya. Semenjak orangtuaku mengenal Acel dan
mengetahui kami berbeda agama, orang tuaku melarangku terlalu sering bertemu
dengannya. Ya.. aku sudah yakin dari awal pasti orang tuaku atau orang tuanya
pasti tidak merestui kami. Semakin hari hubunganku dengan Acel semakin menjauh
meskipun komunikasi tetap ada.
Sepulang Check Up
dari rumah sakit aku berencana mampir untuk bertemu Hakim, Vira dan Ara.
Sesampainya di tempat makan, Vira dan Ara sudah sampai duluan akhirnya kita
memesan makan duluan. Tak lama kemudian Hakim datang dan duduk disebelahku.
Belum sempat aku menyapanya dia berbicara dengan suara keras
"Beb kamu
selingkuhin aku ya!"
Aku diam tak
bisa berkata apa-apa saat dia menuduhku seperti itu. Dia mengulang perkataan
tadi dengan suara agak keras sampai orang-orang disekitar Melihat ke arah kami.
"Apaan sih
beb, kapan dan sama siapa jg aku selingkuh"
"Berani
sumpah?"
"Siapa yg
selingkuh sih?" Aku semakin bingung dengan tuduhan Hakim.
Setelah itu Hakim
pergi meninggalkan kami. Kami bertiga hanya saling pandang dan menggelengkan
kepala. Malu rasanya saat itu dilihatin orang-orang yang sedang makan disana.
"Yas,
kenapa Hakim nuduh seperti itu? Emang siapa yang dia tuduhkan?" Tanya Ara
"Aku aja
gak ngerti kenapa dia dateng-dateng nuduh aku selingkuh, sama siapa juga. Eeh
tapi kayaknya yang dia maksud Acel kali ya"
"Emang kamu
sama Hakim pacaran?" Tanya Vira sambil memegang tanganku
"Aku gak
tau, ya hubungan kita gini-gini aja sih" jawabku
"Hakim aneh
yaa dateng-dateng, langsung marah-marah nuduh selingkuh" hahahahaa ucap Ara
Seminggu berlalu
aku bertemu kembali dengan Ara dan Vira. Sebelum mereka bedua datang Hakim
menelfonku dan aku kaget Hakim sudah ada dibelakangku.
"Hey beb.
Hehehehee"
"Kamu,
ngapain disini?" Tanyaku
"Kangen..
hehehe. Gak boleh aku kesini?"
"Hmmm.. iya
boleh"
Telfonku
berbunyi
Kulihat nama
kiki tertera di layar HP. Kiki salah satu sahabatku yg menggunakan WO ku untuk
mengurus pernikahannya. Setelah berbincang - bincang cukup panjang telfonpun di
tutup.
"Siapa?"
Tanya Hakim
"Kiki beb,
biasa bahas nikahan" "jd kapan
mau nikah beb?"
"Tahun
depan aja ya beb"
Aku sedikit
kaget dengan ucapannya. Tahun depan? Sama aku?
"Biaya
nikah sekarang mahal ya beb?" Sedikit menyinggung Hakim
"Yaa gak
usah gede-gede, undangan juga enggak usah banyak-banyak. Keluarga aku udah
banyak beb"
"Keluarga
aku jg" spontan aku memotong pembicaraanya
"Ya udah
kalo sama-sama banyak keluarga aja yang di undang beb. hhahaha" jawabnya
sambil sedikit tertawa
"Iya
deh"
"Oiya beb,
kak Radi minggu besok nikah. Kamu temenin aku ya" ajak Hakim
"Dimana?
Jam berapa? Sama kamu tapi kan?"
"Iya
pagi-pagi bareng pengantin dan keluarga aku. Nanti km bareng aku terus ko"
ucapnya
Aku semakin
bingung dengan percakapan kami malam ini. Bahas masalah pernikahan, diajak ke
nikahan kakaknya, bareng keluarganya. Aaah Hakim bikin bingung.
Minggu pagi..
"Beeebb
baju aku ih lihat?" Ucap Hakim saat membuka pintu mobil
"Hahahahahaa
baju kamu kenapa?" Aku tertawa saat Melihat baju Hakim yang kekecilan
"Kamu malah
ngetawain aku" Hakim memasang tampang bete
"Maaf-maaf,
ya udah ntar mampir ke toko baju dulu ya"
Sesampainya di
gedung, Hakim menggandeng tanganku saat memasuki gedung tersebut sampai-sampai
semua keluarga Hakim memandangku penuh tanya. Diatas pelaminan aku bersalaman
dengan orang tua dan kakaknya Hakim. Sedikit gerogi sih saat bersalaman dengan
orang tuanya.
Ditengah acara
saat aku sedang duduk sendirian aku Melihat Hakim berjalan dengan seorang
cewek, sepertinya aku baru sekali Melihat cewek ini. Sampai dia pergi, Hakim
gak mengenalkanku dengan dia. Sore hari setelah acAra selesai Hakim mengantarku
pulang. Di rumah aku bertanya tentang cewek itu
"Beb, tadi
cewe siapa?"
"Yang mana
beb? Gak ada cewe siapa-siapa ko" jawabnya
"Gak usah
pura-pura deh tadi aku liat sendiri kamu jalan sama cewek"
"Bukan
siapa-siapa ko itu, cuma temen doang" jawabnya sedikit terbata-bata
"Yakin?"
"Serius
beb, cuma temen ko"
Aku pun gak bisa
terlalu memaksakan dia untuk menjawab pertanyaanku, apa hak aku untuk marah
karna cewek itu. Karna hari pun sudah terlalu malam Hakim pamit untuk pulang.
Seminggu kemudian aku, teman-temanku dan Hakim berlibur ke lombok. Diperjalanan
Hakim memarahiku karena aku masih sering bertemu Riki dan kawan-kawannya.
Menurut Hakim, Riki akan membawa dampak negatif buatku. Aku diizinkan ketemu Riki
tapi Hakim harus ikut denganku.
Seminggu berlalu
liburanku dengan Hakim berakhir. Di pesawat aku mendengarkan lagu menggunakan
handsfree tiba-tiba Hakim memegang tanganku.
"Beb minggu
depan aku kerumah kamu ya" ucap Hakim sambil berbisik di telingaku
Mendengar ucapan
Hakim aku diam, kaget, bingung, senang jadi satu semua. Apa aku gak salah
dengar Hakim mau datang kerumah?
"Kapan
beb?"
"Nanti aku
kabarin ya kalau udah di Bandung"
"Iya"
jawabku
Sesampainya di Bandung
Hakim memintaku datang ke tempat dia meeting dengan kliennya.
"Hai
beb" sapaku
"Hai bebb,
kita jalan keluar yuk" sambil merangkulku dan berjalan ke Arah mobil
Sesampainya di
cafe..
"Beb,
sampai kapan kamu disini?"
"Mungkin
seminggu lagi, kenapa beb?"
"Kapan kamu
jadi kerumah?"
"Mmm..
besok aja ya, udah malem juga sekarang"
"Ya
udah"
Singkat
perbincangan kita membahas kedatangannya kerumahku.
Keesokan harinya
Lala dan Meli mengajakku bertemu disalah satu cafe. Lala dan Meli adalah
sahabatnya Hakim, aku dikenalkan pada saat ulang tahun Lala semenjak itu Lala
dan Meli akrab denganku, kami sering menghabiskan waktu di salah satu Cafe di Bandung.
Malam ini kami bertiga berencana ketemu di salah satu Cafe di daerah Jl Burangrang
Bandung.
"Heh Yas,
ngelamun aja. Knp lu?" Tanya Lala
"Eeh..
eeh.. hehehe gpp ko"
"Katanya Hakim
mau kerumah ya?" Tanya Meli
"Loh Hakim
cerita juga ke lo?" Tanyaku
"Ya dia
kemarin bilang sih katanya mau kerumah lo, cuma malu katanya"
"Serius dia
bilang gitu?" Tanyaku
"Iya berapa
kali ya dia bilang gitu, gw bilang aja ya kerumahnya lah temuin orang tuanya,
ngapain harus malu"
"Terus dia
jawab apa?"
"Iya
katanya nanti dia kerumah lu"
Seminggu berlalu
Hakim tak kunjung datang kerumahku. Hakim menelfonku berkali-kali tapi tak ku
angkat, Semakin badmood aku dibuatnya. Akhirnya dia mengirim pesan singkat
"Kamu
dimana beb? Ko telfon aku gak diangkat? Aku pulang ke Jakarta malam ini, temuin
aku di Cafe biasa ya"
Entah karna aku
terlalu sayang atau terlalu bodoh dibuatnya, aku membalas sms Hakim dan
mengambil kunci mobil lalu melajukan mobilku ke tempat dia menungguku.
"Kemana aja
kamu beb, telfon aku gak di angkat"
"Gak
apa-apa tadi ketiduran aja, kamu pulang malam ini?"
"Iya beb
aku pulang malam ini"
Beberapa saat
kami saling diam, Hakim membuka pembicaraan yang sangat bikin aku kaget dan
jengkel dibuatnya
"Nikahnya
ditunda aja ya"
Tak ada
sedikitpun kata yang keluar dari mulutku. Sampai akhirnya Hakim pamit untuk
berangkat ke Jakarta. Beberapa hari setelah Hakim pulang ke Jakarta tak ada
komunikasi diantara kami. Akupun semakin bingung dengan sikap dia, apa benar
dia mau serius denganku tapi kenapa sikap dia seperti ini sekarang, berbeda
dengan dulu dan saat dia berucap akan datang kerumah menemui orangtuaku.
Sampai pada saat
aku berkunjung ke Jakarta aku bertemu dengan Hakim di sebuah restoran. Kami
berbincang-bincang sesekali dia merangkulku. Sikap Hakim semakin hari semakin
membuatku bingung terkadang dia cuek terkadang dia manis seperti ini. Akhirnya
kuberanikan menanyakan kejelasan hubungan kami
"Beb"
"Ya"
"Mau tanya
dong"
"Tanya apa?
Kalau sulit aku gak mau jawab, hehehe" sedikit mengejek
"Hmm..
enggak lah"
"Kenapa sih
beb?"
"Kita itu
gimana sih?"
"Kita ya
biasa aja"
Jawaban singkat
dan sangat jelas buatku dan jawaban yang tak perlu diperpanjang lagi. Terima
kasih Hakim untuk 2 tahunnya
Depok, 27 Januari 2016
Syifa Fitriasari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar