Minggu, 21 Februari 2016

SAYANGNYA ITU CINTA…




2 tahun yang lalu aku pertama kali mengenalmu, awal pertemuan itu di kantor baruku tepatnya di kota Jakarta. Sikapmu yang dingin membuat aku selalu tersenyum saat bertemunya. Hari-hari berlalu aku hanya berani memandangmu dari kejauhan tanpa berani untuk mengenal kamu lebih jauh.
Sampai akhirnya aku pindah ke ruangan yang berbeda, semakin jarang aku bertemu denganmu. Suatu saat aku memulai mengajar karyawan baru. Dari situ aku mengenal seorang bernama Adri, dia salah satu staff yang bekerja dikantor yang sama denganku. Aku mulai dekat dengannya dalam artian dekat sebagai teman.

Saat Aku dan Adri mengajar karyawan baru, saat itu pula baru aku tau ternyata dia berteman dengan lelaki dingin yang aku sukai itu. Sejak itu pun kami selalu pergi bertiga. Aku, Adri dan Hakim. Hakim adalah cowok yang aku sukai sejak masuk ke kantor ini. Kedekatan pertemananku dengan adri berkurang setelah adri menyukai Tita, cewek yang bekerja satu divisi denganku.

Semenjak itu kedekatanku lebih banyak dengan Hakim. Entah mengapa perasaan yang dulu kepada Hakim sudah tidak ada. Aku dan Hakim selalu jalan berdua, makan, nonton dll. Sampai suatu ketika Hakim bercerita kalau dia sedang mendekati seorang cewek. Perasaanku biasa saja saat mendengar Hakim bercerita tentang cewek itu. Hakim mulai menjauhiku semenjak dia dekat dengan cewek itu. Sampai-sampai waktu untuk bertemu dengan Hakim sangat sulit. Setengah tahun berlalu tepatnya bulan puasa aku yang saat ini sudah tidak bekerja di kantor itu datang menemui Adri dan Hakim karena kami berencana untuk buka puasa bersama. Hakim mendekat duduk disampingku
"Gimana sama cewek itu?" Tanyaku
"Gak tau gak jelas, tapi aku lagi deket sama cewek lain lagi" jawabnya

Entah mengapa perasaan kesal, marah, cemburu itu muncul saat dia berkata ada cewek lain lagi yang sedang ia dekati. Marahpun aku tak bisa, aku hanya diam saat dia bercerita tentang cewek itu.

Setelah kejadian itu aku enggan untuk bertemu Hakim. Satu bulan berlalu aku mengenal seorang lelaki berwajah tampan, badan yang lumayan profosional, mungkin karena dia suka gym. Dia bernama Michael yang akrab dipanggil Acel. Semakin hari semakin intensif pertemuan kita sampai pada suatu hari aku masuk rumah sakit. 2 minggu aku di rawat Acel tak pernah absen untuk menjenguku, bahkan beberapa kali dia tertidur sampai pagi di rumah sakit.

Suatu ketika Acel pamit untuk pergi kerumah temannya. Pada jam besuk, temanku bernama Vira memang sudah bilang akan datang, tapi aku sedikit kaget saat tau Hakim ikut bersama Vira. Vira datang membawa pesananku. Meskipun sempat berdebat dulu karna aku belum boleh makan apa-apa selain makanan dari rumah sakit. Hehehe bandel dikit gak apa-apa kan yaa..
Tiba-tiba Hakim berdiri dan menghampiriku.
"Bandel ya kamu, lagi sakit jg makan kayak gini" ucap Hakim yang berpindah duduk di sebelahku
"Gpp lah dikit ini. Hehe..."
"Mau aku suapin gak beb?" Sambil membuka bungkusan
*Aku hanya mengangguk*

Entah sejak kapan kata "beb" udah menjadi panggilan kami berdua. Hakim dengan sabar menyuapiku yg sedang berbaring di kasur. Hari ini adalah Hal yang aku rindukan saat bersama Hakim, tapi kenapa setelah 1 minggu Hakim baru dateng menjengukku, padahal tempat kerja dia gak jauh dengan rumah sakit tempatku di rawat

Tak lama kami berbincang-bincang, Vira pamit untuk kembali ke kantor bersama Hakim. Selang beberapa waktu, Acel yang sejak pagi pergi, masuk ke dalam ruangan dan langsung rebahan di sofa. Dalam hatiku berkata
"Untung gak ketemu Hakim hehehehe.."

Sebulan berlalu komunikasiku berkurang dengan Hakim, entah mungkin saat ini aku sibuk dengan Acel atau dia sibuk dengan travelingnya. Semenjak orangtuaku mengenal Acel dan mengetahui kami berbeda agama, orang tuaku melarangku terlalu sering bertemu dengannya. Ya.. aku sudah yakin dari awal pasti orang tuaku atau orang tuanya pasti tidak merestui kami. Semakin hari hubunganku dengan Acel semakin menjauh meskipun komunikasi tetap ada.

Sepulang Check Up dari rumah sakit aku berencana mampir untuk bertemu Hakim, Vira dan Ara. Sesampainya di tempat makan, Vira dan Ara sudah sampai duluan akhirnya kita memesan makan duluan. Tak lama kemudian Hakim datang dan duduk disebelahku. Belum sempat aku menyapanya dia berbicara dengan suara keras
"Beb kamu selingkuhin aku ya!"

Aku diam tak bisa berkata apa-apa saat dia menuduhku seperti itu. Dia mengulang perkataan tadi dengan suara agak keras sampai orang-orang disekitar Melihat ke arah kami.
"Apaan sih beb, kapan dan sama siapa jg aku selingkuh"
"Berani sumpah?"
"Siapa yg selingkuh sih?" Aku semakin bingung dengan tuduhan Hakim.

Setelah itu Hakim pergi meninggalkan kami. Kami bertiga hanya saling pandang dan menggelengkan kepala. Malu rasanya saat itu dilihatin orang-orang yang sedang makan disana.
"Yas, kenapa Hakim nuduh seperti itu? Emang siapa yang dia tuduhkan?" Tanya Ara
"Aku aja gak ngerti kenapa dia dateng-dateng nuduh aku selingkuh, sama siapa juga. Eeh tapi kayaknya yang dia maksud Acel kali ya"
"Emang kamu sama Hakim pacaran?" Tanya Vira sambil memegang tanganku
"Aku gak tau, ya hubungan kita gini-gini aja sih" jawabku
"Hakim aneh yaa dateng-dateng, langsung marah-marah nuduh selingkuh" hahahahaa ucap Ara

Seminggu berlalu aku bertemu kembali dengan Ara dan Vira. Sebelum mereka bedua datang Hakim menelfonku dan aku kaget Hakim sudah ada dibelakangku.
"Hey beb. Hehehehee"
"Kamu, ngapain disini?" Tanyaku
"Kangen.. hehehe. Gak boleh aku kesini?"
"Hmmm.. iya boleh"

Telfonku berbunyi
Kulihat nama kiki tertera di layar HP. Kiki salah satu sahabatku yg menggunakan WO ku untuk mengurus pernikahannya. Setelah berbincang - bincang cukup panjang telfonpun di tutup.
"Siapa?" Tanya Hakim
"Kiki beb, biasa bahas nikahan"  "jd kapan mau nikah beb?"
"Tahun depan aja ya beb"

Aku sedikit kaget dengan ucapannya. Tahun depan? Sama aku?
"Biaya nikah sekarang mahal ya beb?" Sedikit menyinggung Hakim
"Yaa gak usah gede-gede, undangan juga enggak usah banyak-banyak. Keluarga aku udah banyak beb"
"Keluarga aku jg" spontan aku memotong pembicaraanya
"Ya udah kalo sama-sama banyak keluarga aja yang di undang beb. hhahaha" jawabnya sambil sedikit tertawa
"Iya deh"
"Oiya beb, kak Radi minggu besok nikah. Kamu temenin aku ya" ajak Hakim
"Dimana? Jam berapa? Sama kamu tapi kan?"
"Iya pagi-pagi bareng pengantin dan keluarga aku. Nanti km bareng aku terus ko" ucapnya

Aku semakin bingung dengan percakapan kami malam ini. Bahas masalah pernikahan, diajak ke nikahan kakaknya, bareng keluarganya. Aaah Hakim bikin bingung.

Minggu pagi..
"Beeebb baju aku ih lihat?" Ucap Hakim saat membuka pintu mobil
"Hahahahahaa baju kamu kenapa?" Aku tertawa saat Melihat baju Hakim yang kekecilan
"Kamu malah ngetawain aku" Hakim memasang tampang bete
"Maaf-maaf, ya udah ntar mampir ke toko baju dulu ya"

Sesampainya di gedung, Hakim menggandeng tanganku saat memasuki gedung tersebut sampai-sampai semua keluarga Hakim memandangku penuh tanya. Diatas pelaminan aku bersalaman dengan orang tua dan kakaknya Hakim. Sedikit gerogi sih saat bersalaman dengan orang tuanya.

Ditengah acara saat aku sedang duduk sendirian aku Melihat Hakim berjalan dengan seorang cewek, sepertinya aku baru sekali Melihat cewek ini. Sampai dia pergi, Hakim gak mengenalkanku dengan dia. Sore hari setelah acAra selesai Hakim mengantarku pulang. Di rumah aku bertanya tentang cewek itu
"Beb, tadi cewe siapa?"
"Yang mana beb? Gak ada cewe siapa-siapa ko" jawabnya
"Gak usah pura-pura deh tadi aku liat sendiri kamu jalan sama cewek"
"Bukan siapa-siapa ko itu, cuma temen doang" jawabnya sedikit terbata-bata
"Yakin?"
"Serius beb, cuma temen ko"

Aku pun gak bisa terlalu memaksakan dia untuk menjawab pertanyaanku, apa hak aku untuk marah karna cewek itu. Karna hari pun sudah terlalu malam Hakim pamit untuk pulang. Seminggu kemudian aku, teman-temanku dan Hakim berlibur ke lombok. Diperjalanan Hakim memarahiku karena aku masih sering bertemu Riki dan kawan-kawannya. Menurut Hakim, Riki akan membawa dampak negatif buatku. Aku diizinkan ketemu Riki tapi Hakim harus ikut denganku.
Seminggu berlalu liburanku dengan Hakim berakhir. Di pesawat aku mendengarkan lagu menggunakan handsfree tiba-tiba Hakim memegang tanganku.
"Beb minggu depan aku kerumah kamu ya" ucap Hakim sambil berbisik di telingaku
Mendengar ucapan Hakim aku diam, kaget, bingung, senang jadi satu semua. Apa aku gak salah dengar Hakim mau datang kerumah?
"Kapan beb?"
"Nanti aku kabarin ya kalau udah di Bandung"
"Iya" jawabku

Sesampainya di Bandung Hakim memintaku datang ke tempat dia meeting dengan kliennya.
"Hai beb" sapaku
"Hai bebb, kita jalan keluar yuk" sambil merangkulku dan berjalan ke Arah mobil
Sesampainya di cafe..
"Beb, sampai kapan kamu disini?"
"Mungkin seminggu lagi, kenapa beb?"
"Kapan kamu jadi kerumah?"
"Mmm.. besok aja ya, udah malem juga sekarang"
"Ya udah"

Singkat perbincangan kita membahas kedatangannya kerumahku.
Keesokan harinya Lala dan Meli mengajakku bertemu disalah satu cafe. Lala dan Meli adalah sahabatnya Hakim, aku dikenalkan pada saat ulang tahun Lala semenjak itu Lala dan Meli akrab denganku, kami sering menghabiskan waktu di salah satu Cafe di Bandung. Malam ini kami bertiga berencana ketemu di salah satu Cafe di daerah Jl Burangrang Bandung.
"Heh Yas, ngelamun aja. Knp lu?" Tanya Lala
"Eeh.. eeh.. hehehe gpp ko"
"Katanya Hakim mau kerumah ya?" Tanya Meli
"Loh Hakim cerita juga ke lo?" Tanyaku
"Ya dia kemarin bilang sih katanya mau kerumah lo, cuma malu katanya"
"Serius dia bilang gitu?" Tanyaku
"Iya berapa kali ya dia bilang gitu, gw bilang aja ya kerumahnya lah temuin orang tuanya, ngapain harus malu"
"Terus dia jawab apa?"
"Iya katanya nanti dia kerumah lu"
Seminggu berlalu Hakim tak kunjung datang kerumahku. Hakim menelfonku berkali-kali tapi tak ku angkat, Semakin badmood aku dibuatnya. Akhirnya dia mengirim pesan singkat
"Kamu dimana beb? Ko telfon aku gak diangkat? Aku pulang ke Jakarta malam ini, temuin aku di Cafe biasa ya"

Entah karna aku terlalu sayang atau terlalu bodoh dibuatnya, aku membalas sms Hakim dan mengambil kunci mobil lalu melajukan mobilku ke tempat dia menungguku.
"Kemana aja kamu beb, telfon aku gak di angkat"
"Gak apa-apa tadi ketiduran aja, kamu pulang malam ini?"
"Iya beb aku pulang malam ini"

Beberapa saat kami saling diam, Hakim membuka pembicaraan yang sangat bikin aku kaget dan jengkel dibuatnya
"Nikahnya ditunda aja ya"
Tak ada sedikitpun kata yang keluar dari mulutku. Sampai akhirnya Hakim pamit untuk berangkat ke Jakarta. Beberapa hari setelah Hakim pulang ke Jakarta tak ada komunikasi diantara kami. Akupun semakin bingung dengan sikap dia, apa benar dia mau serius denganku tapi kenapa sikap dia seperti ini sekarang, berbeda dengan dulu dan saat dia berucap akan datang kerumah menemui orangtuaku.
Sampai pada saat aku berkunjung ke Jakarta aku bertemu dengan Hakim di sebuah restoran. Kami berbincang-bincang sesekali dia merangkulku. Sikap Hakim semakin hari semakin membuatku bingung terkadang dia cuek terkadang dia manis seperti ini. Akhirnya kuberanikan menanyakan kejelasan hubungan kami
"Beb"
"Ya"
"Mau tanya dong"
"Tanya apa? Kalau sulit aku gak mau jawab, hehehe" sedikit mengejek
"Hmm.. enggak lah"
"Kenapa sih beb?"
"Kita itu gimana sih?"
"Kita ya biasa aja"
Jawaban singkat dan sangat jelas buatku dan jawaban yang tak perlu diperpanjang lagi. Terima kasih Hakim untuk 2 tahunnya 


Depok, 27 Januari 2016
Syifa Fitriasari








Jumat, 02 Oktober 2015

Sahabat Jadi Cinta

"Osiiiiiiii bangun !!!!!!! Udah jam berapa ini? Nanti kamu terlambat ke sekolah"
"Iya bunda" sambil membuka selimut yang sejak tadi menutupi tubuhku Selesai mandi dan siap-siap gw bergegas untuk pergi ke meja makan.

"Pagi jelek" sapa riki
"Heh.. enak bener lo sarapan duluan" sambil mencubit pipi seorang cowok yang sejak tadi pagi sudah duduk di meja makan.

Gw consita Larasati anak kedua dari bersaudara, Dia Sahabat gw, Riki. ya gw sahabatan sama dia sejak gw masuk SMA dan sekarang gw udah kelas 3. Jadi bisa dibilang gw sahabatan sama dia hampir 3 tahun.

Beginilah sikap dia kalo pagi-pagi ikut habisin sarapan dirumah gw. Riki anak bungsu dari 3 bersaudara, semuanya tinggal di jakarta cuma dia aja yg merantau untuk sekolah di bandung. Yaaa nasib anak kosan perbaikan gizinya dirumah gw. Hahaha

 Hampir setiap hari pulang dan pergi sekolah gw di anter sama riki, seperti pagi ini dia sudah siap dengan motor ninja kesayangannya untuk mengantarkan kita berangkat ke sekolah. Sampai di sekolah eka sudah menunggu kami di kantin..

ini sahabat gw selain riki. Dia adalah eka, cowok iseng, jahil yang slalu bikin anak-anak kesel sama sikapnya. Kita kemana-mana bertiga. Dikelas, dikantin sampai kabur sekolah kita bertiga. Sampai-sampai dipanggil ke ruang BP kita barengan. Itulah persahabatan kita yang kita jaga sampai hampir 3 tahun ini.

 "Hey ngelamun aja!" Tegur eka dan riki kepadaku yang sejak tadi melamun memikirkan cowok yang sedang aku suka
"Apaan sih kalian, ganggu gw aja" mengambil minuman dan tersenyum sendiri
"Lo kenapa? Ngelamun sambil senyum-senyum sendiri, kesambet lo" timbal riki
"Gimana kalo seandainya gw jadian sama dika" sambil terus senyum dan melihat ke arah lapangan
"DIKA?? Kelas IPS 2 yang anak Futsal itu?"
"Heemm" mengangguk
"ENGGAK!!!" serentak eka dan riki berteriak di depan muka gw.
"Apa-apaan sih kalian, biasa aja kali gak perlu teriak gitu"
 "Gw gak pernah setuju kalo lo sampe jadian sama itu cowok" ucap Riki
"Loh emang kenapa, dia ganteng, baik, jago futsal, apa lagi coba"
"Tapi dia playboy" sela Riki
"Ah itu gosip, buktinya dia sering telfnin gw, dia bilang itu cuma gosip.."
 "Telefon?" Tanya eka
"Iya, gw sama dika udh sering telfon-telfonan"
"Ko gw gak tau" timpal Riki

 Teng... teng.. teng.. teng..
"Masuk kelas yuk" ajakku

Sepulang sekolah yang biasanya aku diantar oleh riki hari ini aku meminta riki untuk pulang duluan karna dika ingin mengantarku pulang. Buatku dika orang yang baik, perhatian dan romantis. Sebelum pulang kami pergi ke lembang, lumayan cukup jauh sih tapi kalau sama orang yang kita suka jalan jauh sangat meyenangkan.

Sampai di lembang kami berhenti di saung pinggir jalan dengan pemandangan kebun teh. Dika memesankanku minuman bandrek, Bandrek itu salah satu minuman khas sini apalagi diminum ditempat dingin gini berasa hangat banget ke tubuh. Dika menceritakan tentang dia, hobby dia sampai teman-teman dia.

Aku sesekali memandangnya dan membayangkan dika yang aku lihat dihadapanku sepertinya tidak seperti yang dikatakan orang-orang kalau dia nakal, playboy dan lain-lain. Aku melihat sosok dika yg manis, lembut sopan dan gak playboy.

Hari semakin sore, aku mengajak dika untuk pulang. Dika menyuruhku naik dan melajukan kendaraanya. Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan sampai didepan rumah gw. Dika langsung berpamitan untuk pulang. Saat gw masuk ke halaman rumah, gw lihat riki sedang memainkan gitar di kursi taman.

"Ngapain lo disini, udh malem juga"
"Lo dari mana jam segini baru pulang?" Tanya riki dengan tampang sedikit marah
"Suka-suka gw" berjalan melewati riki yg sedang memandangku

Keesokan harinya aku bangun lebih siang karna hari ini adalah hari Minggu, saat aku membuka jendela aku melihat riki sedang merapihkan bunga-bunga di taman bersama bunda. Aku bergegas turun dan menghampiri dia. 

"Rajin banget lo pagi-pagi udh disini sambil siramin bunga"
"Emang elo jam segini cewek baru bangun"
"Semalem riki ketiduran di taman, bunda kira dia udah pulang. Eeeh pagi-pagi bunda keluar dia lagi tidur sambil meluk gitar di kursi taman, lihat tuh mukanya bentol-bentol semua digigit nyamuk" sambung bunda
"Hahahaahaha, tapi jadi ganteng bun, banyak bintik-bintik merah gini" candaku
"Puas ya kamu" jawab riki dengan muka kesalnya 

Aku dekati riki yang sedang merangkai bunga. Riki dengan telaten membuang bunga yang layu dan merapihkan daun-daun agar berbentuk indah. Riki emang senang membantu bunda dalam merawat bunga dan bikin taman bunga yang menurut gw indah sekali. Entah sejak kapan riki jadi suka bunga padahal yang gw tau, bunga mawar aja dia gak tau bentuknya seperti apa. Kudekati riki yang sedang serius meletakan bunga-bunga.

"Sejak kapan lo suka bunga? Tumben banget, padahal mawar aja lo gak tau bentuknya kayak gimana. Hahaha"ejek ku
"Sejak aku suka kamu" jawabnya
"Hahahaha, pinter gombal juga ya sekarang. Belajar dari siapa sih lu? Pake aku kamu lagi. Hahahaha" tertawa lebar sambil mencubit pipi riki dan mengalungkan tanganku di pundaknya
"Hahahaha. Udah ah gw mau mandi. Mandi juga sana hari ini kan kita mau nonton sama eka" 

Sesampainya di bioskop kulihat eka datang dengan seorang wanita, tinggi kurang lebih 155cm memakai kerudung dan terlihat sedang bergandengan tangan dengan eka.

 "Hai guys" sapa eka
"Pasti ini Nadia yaa?" Tanyaku
"Kenalin nih cewek baru gw"
"Eh kita jadi nonton yang kemarin kita bahas kan?"
"Jadi jadi" jawab kami bersamaan Sesaat tanganku ditarik oleh riki, hal yang buatku sudah biasa tetapi membuat aku harus menolak semua perasaan itu. Kami berjalan memasuki ruang theater.

Setelah selesai kami berencana makan di tempat favorit kami. Memesan makanan yang biasa kami pesan sampai-sampai pelayannya sudah hafal apa yang akan kami pesan. Seperti biasa riki sesekali menyuapi gw, hal biasa yang selalu riki lakukan kalo gw lagi males makan.

Buat gw riki adalah sosok sahabat yang sangat baik dan perhatian. Tapi entah kenapa sampai saat ini dia blm juga punya pacar. Pernah dia cerita kalau dia suka sama seseorang, tapi sampai saat ini belum pernah dikenalkan kepada gw ataupun eka.

Setiap hari gw lalui hari-hari bersama riki. Sampai suatu saat dika memberhentikan motor riki di tengah jalan lalu memintaku untuk turun dari motor itu dan ucapan dika sangat membuatku kaget karna dia marah kepada riki dan bilang kalau gw itu pacarnya dan sangat gak pantes cowok lain jalan sama pacar orang. Entah mengapa aku nurut dengan perkataan dika yang buat gw dia juga bukan siapa-siapa gw. Gw meminta riki untuk pulang sendirian.

"Lu duluan aja, gw balik sama dika" perasaan bersalah yang gw rasakan kepada riki

Riki melajukan motornya sangat kencang sampai beberapa saat motornyanya sudah tak terlihat. Dika tiba-tiba menarikku dan memintaku untuk masuk ke dalam mobilnya.

 "Ada hubungan apa sih kamu sama riki? Tiap hari apa harus jalan bareng sama dia?" Tanya dika
"Kan kamu tau aku sama riki cuma sahabatan"
"Sahabatan seperti itu? Gw gak suka lo terlalu deket sama riki"
"Ko gitu? Emang lo siapa gw?"
"Mulai detik ini lo pacar gw!" Gw cuma bisa diam selama perjalanan menuju rumah gw.

Sesampainya di depan rumah dika memegang tanganku dan meminta maaf atas kejadian di jalan tadi

 "Aku minta maaf ya, aku cuma cemburu liat kamu sama riki seperti itu"
"Its ok"
"Tapi kamu mau kan jadi pacar aku?"

Aku hanya tersenyum menjawab pertanyaan dari dika "Aku masuk ya, udah sore" keluar dari mobil dan masuk menuju rumah tanpa menoleh ke arah dika sedikitpun.

Kulihat tidak ada motor riki terparkir di garasi rumah, padahal biasanya jam segini dia sedang bermain dengan adik-adikku. Gw memasuki kamar dan memikirkan tentang riki.

"Apa gw terlalu jahat? Selalu menolak perasaan ini" 

Keesokan harinya dika selalu menjemputku, membawakanku bunga dan sesekali membawakanku hadiah-hadiah kecil. Tapi gw merasa ada yang mengganjal dihati. Riki yang biasa gw lihat saat pagi dan sore hari saat ini berubah menjadi dika, pacar yang entah kapan dia menjadi pacar gw. Saat disekolah yang biasanya kekantin bareng eka dan riki sekarang dika yang selalu menjemputku ke kelas untuk pergi ke kantin bersama.

Sekarang gw benar-benar merasa jauh dengan riki. Saat ini riki dimanapun gw gak tau. Perasaan gw semakin gak karuan. Eka yang sejak tadi sedang duduk di kantin terlihat sedang duduk sendirian. Aku dekati dia dan menyapanya.

 "Eka.."
"Yaa os, tumben gak sama dika"
"Gak sama nadia?" Selaku
"Enggak, tumben biasanya riki duluan yang lo cari"
"Riki marah sama gw yaa?"
"Enggak tuh biasa aja, dia malah nyariin lo terus, khawatir tuh sama lu"

 Dari arah belakang riki menghampiri gw dan eka yang sedang ngobrol. Saat riki mendekatiku, aku bergegas pergi meninggalkannya. Entah apa yang gw lakukan padahal saat itu gw kangen banget sama dia.

Sepulang sekolah gw menuju gerbang sekolah dan gw melihat dika sedang berduaan dengan seorang cewek diwarung sebrang sekolah yang tak lain tempat tongkrongan dika dan teman-teman futsalnya. Dika sadar dan mendekati gw.

"Gila lo ya, ngapain lo sama cewek itu? Lo selingkuh?Lepasin tangan gw" ucap gw sambil mencoba melepaskan tangan dika
"Selingkuh? Bukannya lo yg selingkuh sama riki sahabat lo itu? Lagian asal lo tau ya, sampai saat ini lo gak pernah jawab pertanyaan gw saat gw tanya lo soal hubungan kita. Jadi lo itu bukan pacar gw. Ngerti lo!" Bentak dika Untuk pertama kalinya gw dipermalukan dan dibentak sama seorang cowok,

cowok yang gw kira dia baik, sopan, lembut ternyata perlakuan dia seperti ini ke gw. Gw lari meninggalkan warung itu, gw lihat riki sedang ada diparkiran dan akan melajukan motornya. Gw lari dan memegang tangannya.

 "Lo kenapa?"
Gw cuma menangis dan semakin erat memegang tangan riki
"Ayo naik, gw anter pulang" ucap riki dengan wajah penuh khawatir

 Diperjalanan riki tidak langsung mengantarku pulang, dia mengajakku ke suatu tempat dimana tempat itu biasa kita datangin kalau sedang kesal dengan seseorang. Riki merangkulku dan menuntunku menuju kursi yang ada di bawah pohon. Riki memeluk gw, pelukan yang gw rindukan, pelukan yang gak pernah gw rasain lagi sejak dika hadir dikehidupan gw.

Sedikitpun Riki tidak menanyakan kenapa gw nangis. Dia hanya memandang dan mengusap air mata gw. Setelah gw sedikit tenang riki tetap tidak menanyakan kenapa gw sampai nangis seperti ini. Dia hanya berusaha membuat gw tersenyum dan melupakan kejadian yang sampai buat gw nangis. 

"Nah gitu dong senyum, kan cantik kalau senyum gini" goda riki Aku hanya melemparkan pukulan kecil ke dada riki yang sejak tadi rangkulannya tak lepas dari tubuhku.

Gw selalu menyesali kenapa riki ditakdirkan jadi sahabat gw. Bukan seseorang yang ditakdirkan untuk menjaga gw dan membuat gw tersenyum setiap hari.
 "Os, ko ngelamun sih? Ngelamunin gw ya, iya gw ganteng ko?" Ucapan riki membuyarkan lamunanku
"Eeh.. mm.. eennggak ih" jawabku sedikit gagap karena takut ketawan kalau memang aku sedang memikirkannya

 Kulepaskan badanku dari rangkulan riki dan berdiri memandang sekitar dan sesekali menghirup segarnya udara sore ditempat itu.

"Gw lebih suka alam daripada harus jalan-jalan ke mall sama dika" ucapku sambil memandang pemandangan sekitar
"Kalau gw lebih suka lo" ucap riki
*Memandang riki* "Maksudnya?"
"Eh dingin banget ya disini, udah mau gelap juga, pulang yuk"

Gw diam dan terus memutar-mutar kalimat yang di ucap oleh riki tadi.

Sesampainya dirumah riki tidak seperti biasanya menolak untuk mampir ke rumah, sekedar pamitan sama ayah dan bunda.

Keesokan paginya, gw lihat motor riki terparkir di halaman rumah. Entah senang dan pengen teriak bahagia liat riki yang menjemputku pagi ini. Gw segera turun dan menemui riki yang sedang sarapan di meja makan.

 "Pagi jelek" ucapan selamat pagi yang biasa riki ucapkan dan ingin gw denger terus setiap hari
"Pagi gantengkuu" sambil mengambil roti yang akan riki makan

Percakapan singkat tapi sangat indah buat gw, paginya gw dengan riki kembali lagi. Tapi sesekali gw ingat gw gak bisa terus-terusan bersikap seperti ini. Gw coba melawan untuk bersikap biasa aja 

"Kenapa? Ko diam?" Memasangkan helm dikepala gw
"Gak apa-apa" jawabku

 Di depan gerbang, gw lihat dika sudah berdiri bersama teman-temannya. Kami berdua serasa tawanan yang akan di habisi oleh musuh yang sangat brutal. Dika memintaku untuk turun dari motor. Awalnya aku menolak tetapi riki memintaku untuk mengikuti maunya dika

"Riki ini apa-apaan sih, bukannya lindungin gw" gumanku dalam hati sambil turun dari motor riki Sikap kasarnya dika tak terlihat pagi ini.

Pegangan lembut ditangan gw membuat gw semakin bingung dengan dika. Dika mengajaku ke warung sebrang sekolah, kulihat dika menyuruh teman-temannya untuk tidak ikut kedalam warung. Dika menundukan kepala dan tidak mengucapkan satu katapun.

 "Ada apa lo ajak gw ksni?" Tanyaku sambil kebingungan dengan sikap dika yang berbeda dari kemarin
"Os, gw minta maaf soal kejadian kemarin. Gw bener-bener minta maaf. Gw gak seharusnya bersikap seperti itu ke lo"

 Entah kenapa gw dengan mudah menerima permintaan maaf dika. Tanpa menanyakan siapa cewek yang kemarin bersamanya dan kenapa kemarin dia bilang kalau gw bukan pacarnya. Tatapan wajah dika yang tulus membuat gw lupa akan kejadian kemarin di warung ini. Saat gw pandang muka dika, ada luka lebam di pipinya

"Ini kenapa?" Tanyaku
"Oh enggak, semalem nabrak tembok"
"Ooh. Kita masuk kelas yuk" ajaku

Dijalan menuju kelas gw melihat riki dan eka yang sedang berdiri di depan kelas. Tanpa menyapanya gw tetap berada di samping dika dan melewati mereka berdua. Setelah gw dan dika baikan gw kembali ke kehidupan gw bersama dika yang kemana-mana selalu ada dika disamping gw. Gw pun gak ngerti kenapa gw segampang ini mengikuti semua kemauan dika.

Hari ini kelulusan diumumkan, gw coba hubungin eka dan bertemu dengan dia di belakang sekolah 

"Lo gak sama riki kan?"
 "Tumben lo gak mau ada riki?"
"Gak apa-apa"
"Kenapa?"
*diam*
"Lo suka sama riki?" Ucap eka sambil terus memainkan handphonenya
*diam beberapa saat* "Iya"
Eka memandangku dan memasang tampang kaget "Sejak kapan?"
"Huuuh.." *menarik nafas* "Sejak lama dan sampai saat ini. Cuma gw selalu menolak perasaan itu"
"Dika?" Tanya eka
"Dika sebenarnya hanya pelarian gw, supaya gw bisa menahan perasaan ke riki. Gw tau ini salah, gak seharusnya gw suka sama sahabat gw sendiri"
"Riki punya rasa yang sama" ucapnya singkat
"Rasa yang sama? Maksudnya?"
"Riki merasa kehilangan lo banget saat lo pacaran sama dika, gw coba tegur dia karna gw pernah beberapa kali mergokin riki lagi mandangin foto lo terus"
"Terus?"
"Dia sayang sama lo dari pertama kalian kenal. Tapi dia takut lo gak punya perasaan apa-apa, sampai akhirnya kita bertiga sahabatan dia coba menahan perasaan itu. Dia gak mau lo kenapa-kenapa makanya dia selalu anter dan jemput kemana lo mau. Sampai akhirnya lo jadian sama dika. Lo tau gak riki pernah berantem sama dika?"
"Berantem?" Dengan wajah penuh heran. "Kapan mereka berantem?"
"Lo inget lo pernah nangis karna dika? Lo dibentak dika ditempat umum? Sepulang nganterin lo, riki samperin dika dirumahnya dan memukul dika sampai berdarah. Riki gak mau sampe lo disakiti sama siapapun"
"Iya gw inget, gw pernah tanya kenapa ada luka lebam di pipinya dika, tapi dia bilang dia nabrak tembok"
"Dan lo percaya itu?"
"Iya" "bodoh yaa gw, ko percaya sih saat itu"
"Riki sayang banget sama lo, tapi..."
"Tapi kenapa?" Tanyaku penasaran
"Riki udah jadian sama cindi anak kelas IPA 1. Dan mereka berdua berencana pindah ke jakarta kembali ke kota mereka"
"Dia ninggalin gw"
"Lo yang ninggalin dia os, lo yang pergi dan memilih dika. Seorang sahabat jg wajar kalau punya rasa sayang yang lebih melebihi seorang sahabat. Kenapa lo harus takut?"
*gw cuma bisa tertunduk dan diam* "Gw terlalu munafik untuk mengakuin perasaan gw ke riki. Kenapa gw gak pernah berani buat bilang semuanya ke riki, sekarang semuanya udah percuma.
"Gw gak bela riki ataupun lo, kalian berdua sahabat gw. Jangan disesalin ya, sekarang biarin riki bahagia dengan pilihannya, seperti riki membiarkan lo bahagia dengan pilihan lo" 


End
------------
Jakarta, 02 Oct 2015
 By Syifa Fitriasari

Selasa, 29 September 2015

Tak mampu untuk berkata



"Happy anniversary honey.. gak kerasa ya kita udah pacaran 4 tahun, semoga kita langgeng terus ya han, sampai impian kita terwujud"
"Happy anniversary jg sayangku. Amiin..tetap jadi wanitanya aku ya.
"Hehehe... ayo bangun dong sayang, mandi cepet katanya kita mau jalan-jalan"
"Kamu dateng pagi banget sih, masih jam berapa ini?"
"Masih jam 7. Kan aku mau kasih kamu surprise han, nih aku bawain sarapan makanan kesukaan kamu tanpa bawang goreng. Sama ini satu lagi (sambil menyodorkan ke arah tedi)"
"Album foto?"
"Ya ini foto kita dari pertama kita kenal sampe sekarang di 4 tahunnya kita, ini aku kosongin buat pasang foto kita kedepannya. Aku gak mau melewatkan moment-moment indah sama kamu"
"Kamu ini yaa"
"Hehehehe... mandi sana"

Diperjalanan aku dan tedi mendengarkan lagu kesukaan kami like im gonna lose younya megan trainor. sesekali kami bernyanyi bersama diikuti dengan tawa bahagia kami yang sedang merayakan hari jadi ke 4 tahun.

"Han, kita mau kemana sih? "
"mmmm... ada aja. Yang pasti gak akan pernah kamu lupain seumur hidup kamu."

Sampai di tempat tujuan tedi membukakan pintu untukku. Didepan mobil tedi memintaku untuk menutup mata, dia menuntunku sampai berhenti disuatu tempat yang aku pun gak tau dimana aku berada. Saat tedi memintaku untuk membuka mata. Aku cuma bisa terpana dengan apa yang aku lihat sekarang di depan mataku terlihat sebuah Danau yang sangat indah dengan bunga-bunga cantik di sekelilingnya, suara angin dari sela-sela pohon terdengar jelas ditelingaku. Danau yang baru pertama aku lihat membuat aku takjub dengan semua pemandangan yang ada disini. Buatku pemandangan alam suatu tempat yang sangat romantis mengingat aku dan tedi sama-sama senang dengan alam. 

Disana  Tedi memintaku untuk tetap berdiri disudut danau itu,  buatku ini sangat indah, sampai sesuatu yang gak pernah terfikir olehku.  ditengah danau datang segerombolan perahu bebek yang awalnya aku berfikir biasa saja mungkin ada pengunjung lain yang sedang menaiki perahu itu. tapi setelah perahu itu bergerak mendekat ke arahku aku cuma bisa terkaget- kaget dengan tulisan yang ada di samping perahu itu. "I LOVE YOU ECHA". Aku cuma bisa diam, kaget dan aku gak bisa berkata apa-apa lagi setelah tedi menghampiriku dan memberikan satu ikat bunga dan sebuah boneka bear yang sangat besar.

"Happy anniversary sayang. Maaf kalau kejutannya jelek, aku bingung mau kasih kejutan apa buat kamu" sambil garuk-garuk kepala
Aku masih terkejut dengan pemandangan didanau ini sampai aku gak mendengar ucapan tedi
"Kamu siapin ini semua?
"Aku lakuin ini cuma ingin kamu jadi wanita terbahagia, aku ingin kamu selalu tersenyum, aku ingin selalu liat lesung pipit km. Sambil mencubit pipiku"
"Makasih ya haney, aku udah jadi wanita yang sangat sangat bahagia ko apalagi kamu selalu ada buat aku, selalu bikin kejutan-kejutan yang bikin aku ternganga terus" 

Kebahagiaan itu buatku gak perlu dicari karena kebahagiaan bisa kita ciptakan. Setelah kami menikmati pemandangan di danau, tedi mengantarkanku pulang untuk bersiap-siap diner bareng dia. Pukul 19.00 tedi sudah menungguku di ruang tamu sambil mengobrol dengan ayah.

Ayah: echaaa... tedi udh nunggu nih.
Echa : ya ayah, ini mau turun ko.

Sampai di ruang tamu aku melihat tedi yang gak biasanya, aku cuma  terpana  melihat pakaian yang dia pakai sekarang. Kemeja putih dengan jas modernnya, celana jeans yang biasa dia pakai sekarang berganti dengan celana bahan hitam dan sepatu casual yang biasa dia pakai. dia terlihat ganteng banget malam ini.

" Han.. yuk berangkat"
"Om saya pinjem anaknya dulu ya" pamit ke ayah sambil menarik tanganku

Selama di perjalanan kami hanya terdiam, aku yang sedari tadi masih membayangkan seandainya aku dan tedi akan terus bersama dan menikah dikemudian hari pasti aku akan sangat beruntung. Lelaki yang baik, ganteng, romantis. Aaaah.. aku ingin selalu bersamanya. Lamunanku terhenti saat tedi berbisik ditelingaku.

"Ngelamunin aku yaa"
"Iiiiiih kamu ngagetin aku aja, geer banget sih ngelamunin kamu"
"Dari tadi kamu senyum-senyum sendiri sesekali ngelihatin aku, sampe gak tau kan kalo udah sampai"

Kalau dibilang malu sih malu banget yaa ketawan ngelamunin pacar kesayangan aku yang gantengnya maximal malam ini sampai gak sadar kalau udah sampai. Tedi membukakan aku pintu mobil dan merangkulku sampai masuk ke sebuah cafe yang cukup mewah. Kami diarahkan masuk ke sebuah meja yang sudah di hias dengan bunga lily, tedi gak pernah lupa untuk memberiku dan membawakan bunga lily, saat aku berulang tahun, saat perayaan anniversary kita atau bahkan saat aku ngambek bunga lily yang dijadikam sogokan agar aku bisa tersenyum. Kami melewati diner dengan diiringi lagu-lagu romantis yang dibawakan oleh penyanyi cafe saat itu.

"Han, terima kasih ya buat 4 tahun yang udah kita lewatin bersama, semoga hubungan kita akan terus seperti ini ya kedepannya. Aku punya satu hadiah lagi buat kamu" sambil memberikan kotak yang dibungkus rapi.
"Apa ini? Aku buka ya?"  "Kotak musik? Sayang, ini bagus banget, makasih banget ya sayang. Aku juga berharap hubungan kita bisa terus seperti ini"

Kami melanjutkan makan kami, setelah diner kami selesai tedi mengantarkanku pulang. Sesampainya dikamar ada telephone masuk ke handponeku.

"Apa benar ini dengan echa?" Suara cewek terdengar ...........
"Iya saya echa, ini dengan siapa ya"
"Salam kenal ya aku Ria, oiya Happy anniversary ya echa. Kamu 4 tahunan kan sama tedi hari ini. Tapi maaf echa aku harus bilang ini semua aku gak mau kamu tau terlalu lama. Aku hamil sama tedi"
"Apa? Hamil?"
"Kamu inget tedi pernah pamit buat pergi berlibur ke bangkok? Aku.." sebelum selesai cewek itu bicara aku menutup telfonnya
Jahat banget tedi sama aku, terus buat apa kejutan-kejutan hari ini semuanya bulshit. Aku mengambil handpone dan menelfon tedi
"Siapa ria? Ada hubungan apa kamu dengan ria?"
"Kenapa sayang? Ria? Kamu tau ria dari mana?"
"Gak usah basa basi kamu. Apa yang kamu lakuin sama ria sampe dia hamil? Aku benci ya sama kamu, aku kira kamu itu cowok yang bener-bener tulus sayang sama aku ternyata kamu sama aja. Mulai saat ini kita putus"

Aku bener-bener marah saat itu, aku gak tau harus berbuat seperti apa aku cuma bisa nangis dan memukuli boneka pemberian tedi.
Kamu jahat banget sama aku, aku gak nyangka kamu setega ini sama aku, aku benci kamu..
Tedi berusaha menelfonku berkali-kali tapi gak aku angkat, keesokan harinya aku melihat mobil tedi sudah terparkir didepan rumahku. Sakit hatiku masih belum bisa untuk memaafkannya. Dari luar ibu mengetuk pintu kamarku.

"Echa, buka kamarnya yaa.. ada tedi diluar"
"Aku gak mau ketemu dia bu, suruh dia pulang. Aku benci dia"
"Gak boleh gitu, kamu kan belum dengar penjelasan tedi seperti apa, buka pintunya ya bicarakan baik-baik."
Dengan bujukan ibu akhirnya aku mau untuk keluar kamar dan menemui dia yang sedang menunggu di halaman belakang.
"Echa maafin aku, aku gak bermaksud melakukan itu, saat itu semua mabuk, aku gak sadar apa yang aku lakuin malam itu. Tapi aku gak pernah niat buat ngelakuin itu aku gak sadar ca. Maafin aku"
"Jadi omongan ria itu benar?"
Tedi hanya menunduk dan terdiam
"JAWAB!!" Suaraku semakin tidak terkontrol
"Aku gak tau ca, aku minta maaf"
"lebih baik kamu pergi dan gak usah temuin aku lagi, nikahin dia yang sedang mengandung anak kamu, jangan jadi laki-laki pengecut" pergi meninggalkan tedi yang masih tertunduk dan diam

Didalam kamar aku cuma bisa menangis melihat orang yang aku sayangi termyata tega menyakitiku. Tedi cowok yang selama ini aku banggain ke semua orang karna buat aku dia cowok yang paling gak bisa bikin aku nangis sekarang dia buat aku sangat kecewa dan bikin aku sakit hati. Setelah kejadian itu tedi selalu menelfonku, dikampus dia berusaha menemui ku, menungguku didepan kelas sampai mengikutiku ke rumah. Kekecewaanku yang membuat aku gak berani buat bertemu dengannya. 

1 minggu berlalu hari ini aku tidak melihat tedi berada didepan rumahku untuk berteriak meminta maaf kepadaku. Saat aku sedang memandang ke arah jendela, terdengar suara ketukan pintu

"Ca, ada paket nih, mbak taruh di meja makan ya" suara mbak ku yang baru tiba tadi malam dari kalimantan
Aku berjalan keluar kamar dan menuju paket itu disimpan. 
"Dari siapa?" Kok gak ada pengirimnya. Aku duduk di kursi taman belakang rumahku sambil membuka paket yang dibungkus kertas kado berwarna putih. Saat ku buka didalamnya terdapat surat, bunga lily dan kartu undangan. Kartu undangan? Bunga lily? Aku sangat yakin sekali ini paket dari tedi, tapi kartu undangan ini? Saat ku pegang undangan itu tertulis turut mengundang Maresha Sawitri dari pernikahan Tedi Gunardi dengan Charia Indah. Aku sangat kaget dan gak sadar aku meneteskan air mata. 

Saat kubuka suratnya...

"Sayang, aku sangat-sangat minta maaf atas semua perbuatan aku, aku tau aku salah, mungkin buatmu aku sangat jahat  sampai kamu gak pernah mau untuk nemuin aku lagi. Aku ingin jelasin semuanya ke kamu tp saat kita ketemu kamu sama sekali gak kasih kesempatan aku untuk bicara, jadi semua berawal dari saat aku liburan sama temen-temen ke bangkok. Saat itu ridwan membawa teman-teman ceweknya aku gak tau kalau dia janjian sama temen-temennya di bangkok. Malam itu party ulangtahun rizal di salah satu bar yang ada di bangkok. Malam itu semua minum, aku sadar ada 1 cewek yang coba deketin aku, tapi gak pernah aku ladenin dia, aku selalu inget kamu yang nunggu aku di bandung. Aku sadar aku minum banyak malam itu sampai aku sadar saat pagi hari aku terbangun ria sudah disebelahku. Aku minta maaf sayang. Aku bener-bener gak sadar apa yang aku lakuin. Aku nyesel ca, aku mau nebus kesalahan aku, aku gak mau kamu bilang aku pengecut, aku ikutin mau kamu aku nikahin ria, aku bakal jaga dan besarin anak itu buat nebus kesalahan aku ke kamu. Tapi asal kamu tau, sampai kapanpun aku akan sayang sama kamu. Love tedi."

Aku lari kekamar dan menangis sekeras-kerasnya, sampai kakaku menghampiriku yang sedang memeluk boneka pemberian tedi.

"Jahat banget kamu ben"
"Ca.. udah ya jangan nangis terus. Cantiknya nanti ilang loh."
"Tapi tedi udah jahat sama aku mbak. Tedi jahat banget udah lakuin ini semua."
"Iya tp kamu jangan berlarut larut nangis gini dong. Lusa kan ulang tahun kamu."
"Gimana tedi gak jahat mbak, kita pacaran gak bentar mbak, 4 tahun dia balas dengan seperti ini,  saat anniversary kita tedi kasih surprise yang sangat indah malamnya aku dapet kabar kalo tedi sama cewek itu, dan yang paling nyakitin dia nikah di hari ulang tahun aku mbak. Tedi jahat banget sama aku"
"Udah ya. Kamu pasti kuat ko dan bisa lewatin itu. Semoga kamu bisa dapetin gantinya yang lebih baik dari tedi, gak bikin kamu nangis lagi"
"Iya mbak, mbak.. aku pengen sendiri dulu"

Keesokan harinya aku terbangun  dengan mata sembab dikedua mataku. Aku mencoba berjalan menuju jendela yang biasanya setiap pagi aku melihat tedi yang berdiri dibawah sana untuk menjemputku untuk bersama pergi ke kampus. Tapi hari ini aku harus memulai semuanya terbiasa sendiri. Sesampainya dikampus aku berjalan melewati lorong parkiran yang menghubungkan kelas menuju perpustakaan. Diparkiran aku melihat mobil tedi terparkir disalah satu parkiran. Mataku mulai  melihat sekeliling parkiran untuk mencari keberadaan tedi. Aku kangen dia, aku ingin meluk dia disaat aku terpuruk seperti ini. 

Tapi aku tersadar semua itu tidak akan pernah terjadi lagi. Saat akan melangkahkan kaki, aku melihat tedi berjalan menuju mobilnya tapi dia gak sendiri, ada wanita lain yang dia rangkul berjalan sambil sesekali mencubit perut tedi dan saling tertawa Apa wanita itu yang namanya ria? Mereka terlihat bahagia sekali. Apa secepat itu tedi melupakan aku, semua  kenangan kita dan mereka segera akan menikah. Aku bergegas berbalik arah dan memanggil taxi. Aku gak sanggup harus liat dia dengan cewek lain menikah dihari ulang tahun aku. Diperjalanan aku hanya bisa menangis dan menangis mengingat kejadian tadi dan undangan pernikahan mereka. 

Handphoneku berbunyi dan saat kubuka ada pesan masuk dan itu dari tedi.

"Besok hari pernikahan aku, kamu datang ya. Aku ingin lihat kamu merestui pernikahan kita."
"Melihatmu menikah sama halnya membunuh hatiku sendiri"

Kenapa aku harus ketemu orang sejahat kamu. Aku diminta untuk lihat pernikahan orang yang selama 4 tahun ini bersamaku. Didalam kamar ku pegang dan kupandangi undangan pernikahan tedi. 

Keesokan paginya ibu membangunkanku dan memintaku untuk bergegas untuk menghadiri pernikahan tedi.

"Aku gak mau datang bu.. yang ada aku nangis nanti disana"
"Gak enak toh sama tedi, berharap kamu datang. Berangkat sana nanti ditemenin mas riki"
"Buuu....."
"Udah siap-siap sekarang"

Dengan terpaksa aku mengikuti kemauan ibu untuk berangkat ke acara pernikahan orang yang saat ini aku sayang sekaligus aku benci. Mas riki membukakan pintu mobil dan berkata "pagi cantik, sudah siap"
Apa maksud kata-kata mas riki tadi. Sudah siap? Mas riki membuyarkan lamunanku

"Turun yuk"
"Udah sampai?"
"Ngelamunin apa sih kamu, tuh" sambil menunjuk ke arah orang-orang yang sedang memasuki tempat acara pernikahan tedi.

Aku coba melangkahkan kakiku keluar dari mobil. Mas riki yang sejak tadi menungguku diluar sesekali memberi tanda untuk aku keluar dari mobil. 

Garden party, warna putih dan biru. Ini semua party pernikahan yang aku inginkan dari dulu, yang sempat aku utarakan ke tedi dan sekarang dia pakai buat pernikahannya. 

Aku kuatkan diri untuk melangkahkan kaki satu demi satu, kuperlambat kakiku dan kutundukan kepalaku hingga aku sampai di depan yang mungkin saat ku angkat kepalaku yang akan kulihat seseorang yang sangat aku cintai sedang menikah dengan wanita lain. Kuterdiam sejenak dengan kepalaku yang masih menunduk dan aku merasa mas riki pergi menjauh dari sampingku. Kuberanikan diri untuk perlahan mengangkat kepalaku dan seketika aku menangis melihat apa yang ada dihadapanku. Dia seseorang yang aku sayangi berdiri tegak dengan menggunakan jas berwana hitam dan membawa kue ulangtahun bertuliskan "happy birthday sayangku echa". Kulihat sekelilingku disana berdiri semua keluargaku dan teman-teman kampusku membawa balon yang bertuliskan " i love you " aku cuma bisa menutup mulutku dengan kedua tanganku serasa tak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang. Acara yang seharusnya aku lihat pernikahan tedi, berubah menjadi hari ulang tahunku. Tedi mendekatiku dan membawa bunga lily kesukaanku.

"Selamat ulang tahun sayang"
"..."
"Kamu gak suka lagi ya kejutan dari aku"
"..." aku masih terdiam dan menangis
"Ko kamu masih nangis terus. Masih marah ya?"
"Siapa yang gak marah dibohongin gini. Bilang ngehamilin orang lah, mau nikah lah. Nyebelin ya kamu"
"Maafin aku ya, aku cuma pengen ulang tahun kamu berkesan, aku juga minta maaf udh boongin kamu, kalo gak gitu kan gak akan sampe nangis gini kamunya, berarti surprise aku berhasil dong. Hahaha" tertawa senang diikuti teman-teman yang ikut tertawa karna sindiran tedi
"Tiup lilin dulu yuk, sambil make a wish nanti nangisnya dilanjut lagi"
" tediii... "sambil mencubit perut tedi

Sebelum meniup lilin tedi memintaku untuk meminta permintaan terlebih dahulu

"Aku berharap lelaki yang ada disampingku akan selalu terus berada dekat denganku dalam keadaan susah ataupun senang, aku sangat bahagia memilikinya" doaku dalam hati
Kutiup semua lilin yang ada di atas kue diiringi tepukan dan ucapan selamat dari teman- teman dan keluarga yang ada disana, kulihat ibu sedang tersenyum mendekatiku
" selamat ulang tahun anak ibu yang udah semakin besar, jadi anak sholehah ya, nurut sama orang tua"
"Iya ibu.. tapii ngomong-ngomong ibu pasti ikut dalam rencana ini?" Sambil menggoda ibu yang sedang memeluku
"Mmmm kasih tau gak yaa"
"Aaah ibu jahat nih, ikut-ikut rencana tedi"

Dari arah belakangku tedi berjalan dengan seorang cewek yang mungkin cewek itu yang aku lihat saat tedi berada diparkiran. Aku melepas pelukan ibu dan berbalik berhadapan denga tedi.

"Han, kenalin ini ria"
"Oooh ini ria, yang bilang katanya hamil sama kamu"
"Hai echa, maaf ya udah bohongin kamu"
"Iya sayang, ria ini sepupu aku yang tinggal di newyork, habis aku bingung mau kasih kado apa buat ulang taun kamu, waktu ria dateng kerumah, aku cerita dan dia yang bikin ide ini" sambil merangkulku
"Tenang aja, tedi sayang banget sama kamu, dia gak akan bikin kamu kecewa seperti sekenario yang kita buat" semua tertawa

Tedi mengajakku ke salah satu kursi yang ada di halaman tersebut

"Duduk sini"
"Jangan nangis lagi ya, aku sebenernya gak tega ngelakuin ide bodohnya ria, aku takut kamu benci beneran sama aku. Aku gak mau lihat kamu tiap hari nangis sampe gak masuk kuliah. Maafin aku ya, aku lakuin ini cuma ingin kamu seneng, kamu gak kecewa pacaran sama aku"
" aku malah mau bilang terima kasih sama kamu, karna kamu aku jadi wanita terbahagia, mungkin aku orang yang paling beruntung dapetin kamu, kamu yang sabar dengan manja nya aku,kamu yang gak pernah ngeluh dengan kemauan aku, kamu yang selalu berusaha bikin aku tersenyum, dengan bunga lily dengan surprise seperti ini. Gak pernah ada kata kecewa dalam diri aku karna udh memiliki kamu"
"Janji untuk selamanya akan menjadi kita"
"Aku janji"
Sambil mencium keningku dan memeluku..

End
-------------



16 Sept 2015
by Syifa Fitriasari
At apartement